Potret sejumlah mahasiswa melakukan konsolidasi di atas Jembatan Dian Pulau-Tetoad, Maluku Tenggara, Maluku pada Sabtu (6/5/2022). Foto: Gery Ngamel. |
Penulis | Editor: Gery Ngamel
MALUKU TENGGARA, MARRINnews.com - Sejumlah Mahasiswa dari Kecamatan Hoat Sorbay dan Kei Kecil Barat (KKB) melakukan konsolidasi di atas Jembatan Dian Pulau-Tetoad, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku pada 6 Mei 2023 sore WIT.
Pertemuan terbuka tersebut untuk menyikapi keresahan warga terhadap kondisi proyek pembangunan jembatan penghubung Dian Pulau-Tetoad yang tak kunjung rampung.
Dari konsolidasi, sabtu kemarin, menghasilkan sejumlah poin pandangan terkait kondisi proyek pekerjaan jembatan yang ditangani Dinas PUPR Pemerintah Provinsi Maluku itu.
Adapun hasil konsolidasi tersebut diantaranya, mahasiswa akan mendalami persoalan jembatan Dian Pulau-Tetoad dengan mengedepankan diskusi kajian intelektual serta menjunjung tinggi nilai etika dan moral.
Selain itu, tujuh mahasiswa yang mengikuti aksi ini juga sepakat akan terus menduduki Jembatan Dian Pulau-Tetoad, jika Pemprov dan DPRD Maluku tidak memberikan kepastian atau kejelasan terkait nasib pembangunan jembatan type lengkung itu.
Menurut inisiator konsolidasi, Elken Janwarin bahwa jalan ini mereka tempuh semata-mata hanya demi bisa menyalurkan aspirasi masyarakat, khususnya masyarakat di kawasan Kecamatan Hoat Sorbay dan Kei Kecil Barat.
Apalagi, lanjut kata dia, masyarakat di dua wilayah itu sudah sangat lama terbebani dengan biaya penyebrangan speedboat, ditambah biaya akses menuju pusat ibukota Langgur.
“Masyarakat sudah menanti sejak pemerintahan Gubernur Assagaf dan kemudian diperjuangkan oleh Pak Benhur dari Partai PDI-P (Ketua DPRD Maluku). Tapi sampai hari ini keresahan dari masyarakat di dua kecamatan ini belum terjawab. Bahkan, jembatan (Dian Pulau-Tetoad) sampai hari ini lagi mangkrak dan masyarakat tidak tau kejelasannya, kenapa sampai mangkrak?" ujar Elken kepada wartawan saat ditemui usai konsolidasi.
Aksi kemarin tak sekadar menuntut suatu kepastian. Elken menambahkan, mereka juga melalui kesempatan ini mengajukan protes atas sikap dan janji manis Pemprov Maluku dan DPRD.
Dimana, dijanjikan bahwa peresmian jembatan Dian Pulau-Tetoad terlaksana pada Desember 2022 kemarin. Namun, kenyataannya malah pekerjaan proyek dihentikan.
"Kami hanya minta keterbukaan dari Pemprov. Kami juga meminta untuk secepatnya melakukan revisi pembangunan ulang jembatan ini," ujar Elken.
Ketujuh mahasiswa ini pun memastikan bakal mengawal sikap Pemprov dan DPRD Maluku terkait tuntutan yang akan mereka suarakan.
Mereka juga berencana bakal kembali menduduki Jembatan Dian Pulau-Tetoad pada Rabu mendatang bersama kapasitas massa yang lebih besar.
"Hari ini adalah konsolidasi awal sebagai pemantik untuk membangun gerakan. Dan sudah disepakati tadi bahwa kami akan kembali melakukan konsolidasi di tempat yang sama (Jembatan Dian Pulau-Tetoad). Satu dua hari kedepan kami akan melakukan konsolidasi untuk menggerakan massa dari berbagai ohoi (desa) di dua kecamatan ini (Hoat Sorbay-Kei Kecil Barat)," cetus Elken.
Putra Ohoiren ini menyatakan, aksi yang mereka lakukan kemarin tidak ditunggangi pihak manapun.
"Ini (konsolidasi) murni gerakan independen," tandas Elken.