Penulis |
Editor: Gerry Ngamel
MALUKU, MARRINnews.com - Warga Kepulauan Tanimbar,
Maluku dihebohkan dengan kemunculan sebuah gompahan sedimen batu lumpur
berbentuk pulau di tengah perairan laut Desa Teinaman, Kecamatan Tanimbar
Utara.
Pulau baru misterius itu diketahui timbul pasca gempa
magnitudo 7,5 yang terjadi di Maluku Tenggara Barat/Kabupaten Kepulauan
Tanimbar pada Selasa (10/1/2023) pukul 02.47 WIT.
Munculnya pulau tersebut sontak memicu keheranan dan decak
kagum publik Maluku. Para ahli pun mengemukakan beberapa hipotesis atas
terbentuknya pulau di Kepulauan Tanimbar pasca gempa itu.
Sebagaimana dikemukakan Penyelidik Bumi Madya Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Supartoyo. Ia mengatakan,
sejauh ini pihaknya belum mengkaji lebih lanjut tentang pulau jenis apa yang
muncul tersebut.
Meski begitu, Supartoyo menjelaskan bahwa ada tiga hipotesis
yang mendasari terbentuknya pulau di Desa Teinaman, Kecamatan Tanimbar Utara.
"Ini ada beberapa kemungkinan hipotesis ya, pertama
kalau yang di Pakistan itu disebutkan dia sebagai 'mud volcano'. Kemudian ada
juga hipotesis yang menyatakan sebagai linovaksi. Ada juga seperti yang terjadi
di Nias, ini merupakan gejala-gejala pengangkatan akibat berada pada Zona
Prisma Akresi yaitu zona patahan," terang Supartoyo, melansir CNBC
Indonesia, Rabu (11/1/2023).
Tak dipungkiri, menurut Supartoyo, minimnya ketersediaan
data masih menjadi kendala bagi pihaknya dalam mengkaji lebih lanjut mengenai
kemunculan pulau tersebut.
Namun yang jelas, kata Supartoyo, munculnya pulau baru itu
terjadi karena tiga jenis hipotesis sebagaimana disebutkannya.
"Itu bisa semuanya sih, jadi sekali lagi tergantung
kepada data. Kalau saya ditanya, ya saya bisa menjawab ketiganya itu bisa
ya," ungkap Supartoyo.
Terpisah, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG
Daryono menjelaskan bahwa peristiwa itu adalah fenomena alam biasa. Kemunculan
pulau tersebut, menurut dia, disebut sebagai mud volcano.
"Sebenarnya peristiwa alam semacam ini merupakan
fenomena alam biasa yang dikenal dengan istilah kemunculan gunung lumpur yang
populer disebut sebagai 'mud volcano'," kata Daryono, melansir Detik.com,
Rabu (11/1/2023).
Daryono mengungkapkan bahwa fenomena di Kepulauan Tanimbar
itu pernah terjadi di beberapa wilayah lain.
Misalnya, sebut dia, Gempa Ormara Makran berkekuatan M 8,1
(28 November 1945), Gempa Niikappu Jepang M 8,6 (4 Maret 1952), dan Gempa Gobi
Altay Mongolia dengan M 8,3 (4 Desember 1957).
Berikutnya juga pernah terjadi di Pakistan pada Gempa
Kandewari dengan M 7,7 pada 26 Januari 2001. Dua lainnya adalah Gempa Andaman
dengan M 9,2 (26 Desember 2004) dan Gempa Gwadar Pakistan dengan M7,7 (24
September 2013).
Ia mengklaim, apa yang terjadi di Tanimbar kerap muncul
setelah terjadi gempa kuat. Tekanan di dalam lapisan kulit Bumi terakumulasi
saat cairan dan gas tidak bisa keluar karena setelah terjebak dalam lapisan
sedimen.
Lanjut kata Daryono, material lunak yang ditekan akibat
adanya gempa akan overpressure (kondisi tekanan pori lebih besar dari tekanan
normal). Gempa akan memberikan tekanan lebih pada lapisan plastis di bawah dan
akan menyebar keluar, yang pada akhirnya memicu kemunculan pulau baru itu.
"Gunung lumpur 'pulau baru' akhirnya terbentuk ketika
cairan dan gas dalam bumi menemukan jalan keluar ke permukaan melalui rekahan
batuan yang terbentuk akibat guncangan gempa kuat," jelas Daryono.
Material lunak berikutnya akan bergerak ke atas rekahan
secara perlahan. Material akan membawa lumpur membentuk gunungan lumpur. Namun,
Daryono bilang bahwa 'pulau baru' bakal
hilang dengan sendirinya.
"Namun demikian umumnya 'pulau baru' ini akan hilang
dengan sendirinya," ucap Daryono.