Ilustrasi cerdas cermat anak. Foto: aspirasiku.id |
Penulis |
Editor: Gerry Ngamel
TUAL, MARRINnews.com - Sejumlah kategori lomba pada
ajang paduan suara gerejani (Pesparani) Katolik ke-IV Maluku yang dilangsungkan
di Kota Tual, kini telah memasuki babak final. Peserta di setiap mata lomba tentunya
sudah berupaya maksimal menampilkan yang terbaik, seperti halnya kontingen dari
Kabupaten Maluku Tenggara.
Kontingen Maluku Tenggara sendiri diketahui mengikuti seluruh
kategori lomba. Sesuai data, terdapat 13 mata lomba yang dipertandingan dalam kompetisi
seni budaya liturgi Gereja Katolik tersebut, yang direncanakan berakhir pada 29
September 2022.
Sekretaris LP3KD Maluku Tenggara, Walken Raharusun menyebut,
hingga Selasa (27/9/2022) Kontingen Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) sudah menempuh
sembilan perlombaan.
Diantaranya, paduan suara anak, paduan suara OMK campuran, paduan
suara dewasa wanita dan paduan suara gregorian remaja. Juga, cerdas cermat rohani
anak, tutur kitab suci, mazmur anak, mazmur OMK dan mazmur remaja.
Dari sembilan lomba yang sudah ditempuh itu, menurut Walken
bahwa peserta cerdas cermat rohani anak gagal menembus babak final. Sedangkan
delapan lomba lainnya, Malra ada di fase final.
Sementara untuk kategori paduan suara dewasa campuran, paduan
suara gregorian dewasa, mazmur dewasa dan cerdas cermat rohani remaja, Maluku Tenggara
juga berhasil mencapai babak final. Namun, baru akan diikuti pada 28 September
2022.
“Hari ini, kita sudah selesaikan sembilan mata lomba. Untuk
cerdas cermat anak, kita sudah lalui tapi kita tidak berhasil masuk final. Tinggal
besok, kita akan lalui final cerdas cermat rohani remaja, mazmur dewasa, gregorian
dewasa dan paduan suara campuran dewasa,” ungkap Walken kepada Marrinnews.com
di Tual, Selasa (27/9/2022).
Ia menilai, sejauh ini peserta dari Kabupaten Maluku Tenggara
sudah sangat maksimal dalam menampilkan aksi dan kreasi mereka pada setiap mata
lomba yang diikuti.
“Saya rasa paling maksimal, paling optimal sekali. Bahkan, dari
hasil evaluasi pelatih-pelatih kepala bahwa dibandingkan dengan saat latihan sangat
berbeda saat mereka (peserta dari Malra) tampil (berlomba), jauh lebih maksimal,”
kata Kenny, sapaan akrab Kadis Kominfo Malra itu.
Walken mengklaim, penampilan terbaik sebagaimana yang telah ditunjukan
para peserta, bisa menghantar daerah berjuluk Larvul Ngabal itu menempati peringkat
terbaik pada Pesparani IV Maluku.
“Sangat sangat optimis, kita bisa mendapatkan hasil (peringkat)
yang baik,” cetus dia.
Kalah Cepat
Sebagaimana disebutkan sebelumnya untuk kategori cerdas cermat
rohani anak, Kabupaten Maluku Tenggara gagal melaju ke fase final. Lantas, apa penyebabnya?
Menurut Walken, kegagalan tersebut karena faktor kesiapan mental
anak (peserta CCR) minim. Peserta dari Maluku Tenggara sering terlambat memberikan
jawaban atas soal-soal yang diajukan pada babak rebutan.
Padahal, kata dia, sebelumnya di babak pertama, peserta mampu
memberikan setiap jawaban dengan baik. Bahkan, mereka bisa mencuri poin dari regu
lain yang tak bisa menjawab soal.
“Kita (peserta CCR Maluku Tenggara) kalah dalam kecepatan di
babak rebutan. Ini hasil evaluasi kami,” ujar Kenny.
Walken mengaku kondisi tersebut menjadi suatu kelemahan yang
sudah berulang kali terjadi, bukan baru sekarang. “Dari tahun ke tahun, kita memang
agak lemah di kategori cerdas cermat rohani anak ini,” imbuhnya.
Walken pun menekankan bahwa dalam babak rebutan cerdas cermat,
bukan saja tentang intelektualitas melainkan juga mentalitas.
“Mental harus siap, disertai keberanian untuk mengeksekusi sebuah
jawaban. Seperti halnya Kota Ambon, baru dua-tiga kata pertanyaan saja mereka langsung
tindis bel dan memberikan jawaban,” ungkap Kenny.
Beranjak dari hal tersebut, Walken berharap agar kedepan perlu
dilakukan kompetisi serupa di tingkat lingkungan, stasi hingga paroki oleh lembaga
keagamaan terkait. Sehingga kekuatan mental dari setiap anak dapat diasah sejak
dini.
“Supaya nanti ke tingkat wilayah sudah ada bibit yang tersedia, mengingat soal keberanian itu,” pungkas Kenny.