Rangkaian proses penyaluran bantuan dan tindakan pengobatan medis bagi korban konflik di Desa Ohoidertutu, Jumat (29/7/2022). Sumber foto: Tim penanganan dampak konflik di KKB |
Penulis | Editor: Gerry Ngamel
LANGGUR, MARRINnews.com – Pemerintah Kabupaten Maluku
Tenggara masih terus melakukan penanganan terhadap para korban konflik sosial antarwarga
Desa Ohoidertutu-Ohoiren di kawasan barat Pulau Kei Kecil, Maluku Tenggara,
Maluku.
Pemerintah daerah berkomitmen menangani kebutuhan pangan, biaya
perawatan, perbaikan rumah, pendidikan anak maupun kebutuhan warga lainnya yang
terdampak konflik.
Hal ini sebagaimana disampaikan Koordinator tim penanganan
dampak konflik sosial di Kecamatan Kei Kecil Barat (KKB) Clemens Welafubun,
Senin (1/8/2022) saat mendampingi proses pengobatan korban luka dari Desa
Ohoidertutu di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
“Fokus saat ini adalah memberikan bantuan kemanusiaan. Fokus
lain juga terkait biaya perawatan, pemulihan proses belajar mengajar di sekolah,
dan perbaikan rumah warga yang rusak akibat konflik. Semua sebab akibat dari
dampak konflik di dua desa itu, baik di Desa Ohoidertutu maupun Ohoiren ditangani
Pemerintah daerah Maluku Tenggara,” ujar Clemens.
Wartawan MARRINnews berkesempatan mendampingi tim penanganan
dampak konflik, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dalam lawatan ke Desa
Ohoidertutu dan Ohoiren.
Tim tersebut dikoordinir oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Clemens Welafubun. Beranggotakan Kepala Kesbangpol, Kepala Dinas Perindagnaker,
Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas PUTR, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas
Perkim dan staf dari masing-masing dinas terkait.
Rangkaian lawatan ini sendiri adalah tindak lanjut dari
perjalanan misi kemanusiaan Bupati Malra Muhammad Thaher Hanubun selama dua
hari kemarin, pada Rabu (27/7/2022) hingga Kamis (28/7/2022).
Clemens bersama tim melanjutkan lawatan hari ketiga, Jumat (29/7/2022)
di Desa Ohoidertutu. Dalam kesempatan itu, tim menyerahkan bantuan berupa tiga ton
beras dan empat karung gula pasir.
Bantuan diserahkan langsung kepada kepala desa dan
perangkatnya untuk kemudian disalurkan ke warga setempat. “Bantuan ini untuk
masyarakat Ohoidertutu,” jelas Clemens.
Setelahnya, rombongan bertolak menuju Puskesmas pembantu
(Pustu) Ohoidertutu. Di lokasi ini, tim menjenguk 30 korban luka, warga
Ohoidertutu, lalu menyalurkan paket bantuan sembako berupa tiga karung beras 5 kilogram,
satu rak telur, satu karton supermi dan gula pasir.
Selain bantuan sembako, melalui koordinasi dengan tim medis Puskesmas
Ohoira, disaat bersamaan dilakukan pula pengobatan terhadap para korban luka di
desa tersebut.
“Sebelumnya, kami juga telah berkoordinasi dengan Kepala
Dinas Kesehatan Malra untuk penanganan medis lanjutan terhadap pasien rujuk 'JN’
ke Ambon. Sesuai kebijakan Pak Bupati, biaya pemberangkatan hingga perawatan
bagi pasien rujuk ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemkab Malra,” sebut
Clemens.
“Termasuk satu pasien yang tengah menjalani perawatan di
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur,” kata Clemens menambahkan.
Dari Desa Ohoidertutu, tim beranjak kembali menemui aparat
keamanan di Polsek Kei Kecil Barat yang berlokasi di Desa Ohoiren.
Di sini, Clemens beserta anggotanya menyerahkan bantuan satu
ton beras, 28 rak telur, 28 karton supermi, satu karung gula pasir 50 kilogram,
satu buah dispenser dan kompor hock. Bantuan diterima langsung oleh Kapolsek
KKB, Wadanki Brimob dan Danru TNI.
“Untuk biaya kebutuhan makan dan minum aparat keamanan TNI/Polri
tetap dibiaya Pemkab Malra,” kata pihak Badan Kesbangpol, Kace Rahayaan.
Tiga puluh menit kemudian, tim bersama Kapolsek meninjau lahan
pembangunan pos keamanan sementara. Pos ini berada di seberang jalan, depan
Polsek Kei Kecil Barat.
“Karena ada petugas gabungan TNI/Polri sehingga perlu
dibangun satu unit pos keamanan di sini. Posnya akan segera dibangun,” sebut
Clemens.
Verifikasi Data dan Kelanjutan Bantuan
Kurang lebih delapan jam setelah lawatan di Desa Ohoidertutu
hingga peninjauan lokasi pos keamanan sementara, sekitar pukul 18.15 waktu
setempat tim penanganan dampak konflik KKB kembali melakukan pertemuan bersama
penjabat Kepala Desa Ohoiren beserta perangkatnya di balai desa setempat.
Pertemuan tersebut untuk memverifikasi data penduduk serta kerusakan
rumah dan harta benda lainnya akibat konflik.
Sementara menurut data Tim Pemkab Malra-Dinas Sosial, penduduk
Desa Ohoiren yang mengungsi di sejumlah desa, baik di Maluku Tenggara maupun
Kota Tual yakni sebanyak 175 kepala keluarga.
“Jumlah KK yang ada itu sudah tertangani dengan baik dari
sisi pemberian bantuan sosial. Bansos yang telah diberikan berupa makanan siap
saji, sembako, pakaian, perlengkapan rumah tangga, selimut, kasur dan tikar,”
ungkap Kepala Dinas Sosial Malra Hendrikus Watratan.
Selain 175 KK, masih terdapat 16 KK lainnya asal Desa
Ohoiren yang baru terverifikasi pada Sabtu (30/7/2022).
Hendrikus memastikan, ke-175 ditambah 16 kepala keluarga tersebut
merupakan warga Ohoiren, berdomisili di Desa Ohoiren, Kota Langgur dan
sekitarnya.
“Mereka semua terdampak konflik sehingga berhak mendapat
penanganan. Kami sudah berhasil memverifikasi semua data warga Ohoiren melalui
Disdukcapil dan Pemerintah desa setempat. Bantuan untuk ke-16 KK ini, paling
lambat hari Rabu (3/8/2022) besok akan kami salurkan,” ujar Kadis Sosial.
Pemerintah daerah Malra sudah mulai menjalankan program
cepat tanggap (Revised Rakhine Response Plan), dengan menyalurkan
bantuan kemanusiaan sejak Rabu (27/7/2022) menggunakan dana bantuan sosial APBN
dan APBD Malra. Bantuan disalurkan kepada semua warga desa Ohoidertutu dan
Ohoiren yang terdampak konflik.
“Semua warga, baik Desa Ohoidertutu dan Ohoiren diberikan
pelayanan yang sama sesuai kondisi dampak di kedua desa,” kata Watratan.
Tak hanya untuk warga, korban konflik, bantuan sembako
diberikan juga untuk aparat keamanan yang melaksanakan pengamanan di wilayah
Kecamatan Kei Kecil Barat dan tempat pengungsian.
“Kami sediakan kebutuhan sembako juga untuk dapur umur aparat
TNI/Polri yang bertugas di Ohoi Wab Ngufar. Sembakonya kami sediakan, nantinya
masyarakat di Ohoi Wab Ngufar yang menyajikannya,” ungkap Kepala
Disperindagnaker M. Arsyad Jabkenjanan.
Pemerintah daerah, lanjut disampaikan Arsyad, tengah
menjajaki kemungkinan penyaluran bantuan lanjutan kepada warga terdampak
konflik di Desa Ohoidertutu dan Ohoiren.
Keberlanjutan dari penyaluran bantuan itu sendiri juga sangat
tergantung hasil evaluasi bersama antara tim penanganan dampak konflik dengan
Bupati Maluku Tenggara.
“Soal ada penambahan bantuan atau tidak, kita lihat setelah evaluasi nanti,” sebut dia.
Pembelajaran
Sementara di Sekolah
Situasi keamanan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat
berangsur kondusif pasca konflik antarwarga Desa Ohoidertutu dan Ohoiren, beberapa
waktu lalu.
Meski begitu, aktivitas di kedua desa tersebut terpantau masih cukup lumpuh.Warga Desa Ohoiren yang mengungsi ke desa-desa tetangga bahkan belum kembali ke desanya. Aktivitas belajar mengajar di sekolah, di kedua desa pun hingga kini masih ditutup.
Pertemuan Tim penanganan dampak konflik dengan orang tua siswa SD di SDN Wab Ngufar dan Ohoira, Sabtu (30/7/2022). |
Menyikapi persoalan tersebut, Bupati Malra Muhamad Thaher Hanubun
mengambil kebijakan yang mana siswa-siswi terdampak konflik diizinkan mengikuti
proses pembelajaran sementara di tempat pengungsian.
Diketahui, saat ini sebagian besar dari warga Ohoiren menetap
sementara di Desa Wab Ngufar Kecamatan Hoat Sorbay dan Desa Ohoira Kecamatan
Kei Kecil Barat.
Lebih lanjut, Bupati memerintahkan Dinas Pendidikan untuk berkoordinasi
dengan seluruh sekolah, di dua desa tersebut.
Pada Sabtu (30/7/2022) sekitar pukul 11.10 waktu setempat,
tim penanganan dampak konflik bersama pihak sekolah melaksanakan pertemuan dengan
orang tua siswa SD asal Desa Ohoiren. Pertemuan dilakukan secara terpisah, di SDN
Wab Ngufar dan SDN Ohoira.
“Melalui pertemuan itu, kami bersepakat bahwa anak-anak
harus sekolah. Sehingga untuk siswa-i SD Ohoiren yang berada di Desa Wab Ngufar
maupun Ohoira, mulai Senin (1/8/2022) mengikuti proses pembelajaran sementara di
kedua desa ini. Terkait teknis shift belajar (pagi dan siang) akan diatur pihak
sekolah,” ungkap Kadis Pendidikan Umar Hanubun kepada Wartawan MARRINnews.
Sedangkan pertemuan bersama dengan orang tua Siswa SMP dan
SMA belum dapat dilaksanakan. “Akan kita koordinasikan kembali dengan pihak
sekolah. Begitu juga dengan tingkat SMA, meskipun menjadi kewenangan Dinas
Provinsi Maluku tapi kami perlu menanganinya,” sebut Umar.
Meski sudah bisa bersekolah, Umar menyampaikan bahwa
siswa-siswi terkendala pakaian seragam dan perlengkapan sekolah lainnya. Para
siswa lantas menggunakan perlengkapan seadanya saja.
“Sebagai langkah awal, kami akan membantu menyediakan alat
tulis menulis. Sedangkan untuk pakaian seragam siswa akan kami siapkan datanya
lebih dulu dan dikoordinasikan dengan Pak Bupati, setelahnya baru pengadaan,”
kata Hanubun.
Perawatan medis terhadap korban luka dari Desa Ohoidertutu di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur, Senin (1/8/2022). |
Pengobatan
Korban Luka
Sebelum pertemuan dengan orang tua siswa, Sabtu (30/7/2022) sekira
pukul 08.45 waktu setempat, tim penanganan dampak konflik di KKB berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Ohoira untuk melakukan pengobatan kepada
para korban luka dari Desa Ohoiren.
Sesaat kemudian, petugas medis tiba dan mengobati luka-luka
yang diderita korban saat konflik kemarin.
Setelahnya, pada Selasa (2/8/2022) pagi, 15 korban luka dari
Desa Ohoiren dirujuk ke RSUD Karel Sadsuitubun Langgur untuk mendapat perawatan
lanjutan. Ke-15 korban luka itu didampingi tim penanganan dampak konflik KKB.
Sementara korban luka dari Desa Ohoidertutu, sesuai pengamatan MARRINnews, pada Senin (1/8/2022) sekira pukul 11.25 waktu setempat telah dilakukan juga pengobatan terhadap mereka di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.