Penulis |
Editor: Gerry Ngamel
LANGGUR, MARRINnews.com – Kepala Kantor Bahasa Maluku
Sharil menyatakan, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 22 Februari 2022 lalu telah meluncurkan
program merdeka belajar edisi 17 tentang revitalisasi bahasa daerah.
Dari program tersebut, ada 38 bahasa daerah di 12 provinsi ditetapkan
sebagai pilot project revitalisasi bahasa daerah, salah satunya di Provinsi
Maluku.
“Di Provinsi Maluku sendiri, terdapat 3 bahasa yakni bahasa
Buru, Tanimbar dan bahasa Kei di Kabupaten Maluku Tenggara,” ujar Sharil dalam
acara pembukaan pelatihan guru utama revitalisasi bahasa daerah di Kabupten Maluku Tenggara, Selasa (12/7/2022).
Sharil menjelaskan, penetapan bahasa Kei sebagai objek revitalisasi
karena sesuai kajian penilitian, khazanah pengetahuan dan pengunaan bahasa Kei terancam
punah. Sehingga melalui program revitalisasi, diharapkan ketahanan bahasa Kei bisa
berkelanjutan.
“Sesuai catatan kami, daya hidup bahasa Kei masih agak lumayan
karena penuturnya masih cukup banyak. Tapi keberadaannya (bahasa Kei, red) khususnya
di Kota Langgur sangat memprihatinkan, karena bahasa Kei sudah tidak banyak digunakan
(komunikasi) dikalangan generasi muda. Lambat
laun, bahasa Kei pasti akan punah,” kata Sharil.
Pelatihan
Guru Utama Revitalisasi
Mengutip Kompas.com, Menteri Dikbudristek Nadiem Makarim menyebut,
sasaran dari revitalisasi bahasa daerah adalah komunitas penutur bahasa daerah,
guru, kepala sekolah, pengawas dan siswa.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Maluku menyelenggarakan
pelatihan guru utama revitalisasi bahasa daerah bertajuk “Untuk Tunas Bahasa
Ibu” di tiga daerah berbeda di Maluku, yang bahasa daerahnya menjadi objek
revitalisasi.
Untuk bahasa Buru, pelatihan guru utama dilaksanakan pada 3-9
Juli 2022. Kemudian, bahasa Kei dilaksanakan selama lima hari, sejak 12-16 Juli
2022 di Kabupaten Maluku Tenggara.
Sedangkan untuk bahasa Tanimbar, pelatihan bakal berlangsung
pada 24-30 Juli 2022 mendatang di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Sementara itu, pelatihan guru utama di Kabupaten Maluku
Tenggara saat ini tengah berlangsung, berpusat di Aula Kantor Bupati, jalan
Abraham Koedoboen Langgur. Sebanyak 79 peserta dilibatkan dalam pelatihan itu.
Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun hadir dan membuka
secara resmi pelatihan tersebut, Selasa (12/7) pagi tadi.
“Program pelatihan guru utama revitalisasi bahasa daerah ini
adalah program nasional, yang pelaksanaannya dititipkan kepada kami (Kantor Bahasa
Provinsi Maluku, red). Untuk data peserta pelatihan guru utama ditetapkan oleh
Bappenas,” kata Sharil.
Ia menekankan, revitalisasi bahasa daerah melalui program
pelatihan guru utama perlu dilakukan. “Kalau tidak dilaksanakan akan sangat berdampak
bagi ketahanan bahasa daerah, bahasa Kei,” tegas Sharil.
Menurut Sharil, para guru utama setelah mendapat pelatihan, selanjutnya
akan melaksanakan kegiatan pembimbingan di sekolah masing-masing selama tiga
bulan.
“Akan ada tim yang akan ditempatkan khusus di Kabupaten
Maluku Tenggara untuk memonitoring jalannya program revitalisasi bahasa Kei di Maluku
Tenggara,” ungkap Sharil.
Konsep
Merdeka Belajar
Program pelatihan guru utama revitalisasi bahasa daerah berorientasi
terhadap siswa dengan menerapkan prinsip fleksibilitas, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
yang berpusat kepada siswa.
“Dari guru-guru yang dilatih nantinya akan melatih para
siswa di sekolah terkait pengunaan bahasa Kei,” ujar Sharil.
Sharil lanjut mengatakan, model pembelajaran bahasa Kei dalam
program revitalisasi bahasa daerah menggunakan konsep merdeka belajar.
Dalam konsep pembelajaran ini, ia menegaskan, guru utama
harus membimbing peserta didik untuk menampilkan bahasa daerah (bahasa Kei) dalam
bentuk karya sesuai minat mereka (siswa, red). Hasil karya tersebut kemudian
didorang untuk dipublikasikan.
“Peserta didik tidak diwajibkan untuk menghafal, contohnya
menyebut rumah dalam bahasa Kei apa? tidak seperti itu. Tetapi, anak-anak disuguhi
suatu konsep belajar berbentuk karya, seperti video yang didalamnya memuat bahasa
Kei,” tegas Sharil.
Ia menandaskan, konsep merdeka belajar ini berlaku juga dalam
komunitas bahasa dan sastra dan lingkungan keluarga.
“Dengan menciptakan karya dalam bentuk bahasa Kei, kita menyelamatkan bahasa Kei dari kepunahan. Siswa atau anak-anak akan senang dan bangga berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Kei,” tutur Sharil.