Uskup Diosis Amboina Mgr. Seno (Inno) Ngutra saat ditandu menyusuri pantai dari Amdasa menuju Sangliat Dol. Sumber foto: Facebook Inno Ngutra |
MALUKU, MARRINNEWS.com - Perjumpaan membawa sukacita.
Sukacita itu terukir dalam senyum yang manis. Terpancar dan membawa berkat bagi
banyak orang. Butiran Cinta dan 1000 senyum kini bertebaran di Pesisir Timur
Tanimbar.
Kehadiran Yang Mulia, Uskup Diosis Amboina Monsinyur (Mgr) Seno
Ngutra di Pesisir Timur Bumi Duan-Lolat, membawa daya tarik dan magnet yang
begitu kuat. Kangkir (anak-anak), tabweri-batdare (laki-laki dan perempuan),
makene ma batmekene (orang tua) baik yang sehat maupun sakit rindu berjumpa dan
mendapat berkat dari sang Gembala utama di Keuskupan Amboina.
Mulai dari Desa Amdasa, barisan penari menyambut
kedatanganmu. Lantunan suara yang merdu dan khas terdengar, diiringi bunyi tifa
menambah semarak dan sukacita kami. Panas terik tidak menjadi halangan bagi
Bapa Uskup untuk berjumpa. Bapa Uskup justru memberikan kehangatan cinta dan
berkat.
Bapa Uskup menyusuri pantai dari Amdasa menuju Sangliat Dol.
Bapa Uskup menelusuri Laranlemdriti. Laranlemdriti berarti pantai perempuan.
Engkau masuk dalam rahim tanah leluhur ini. Engkau memberkati Rahim yang
memberi kehidupan dan penghasilan bagi masyarakat ini.
Bapa Uskup kemudian diterima secara adat oleh Tuan Tanah di
pusat peradaban Desa Sangliat Dol. Desa Sangliat Dol terkenal dengan tangga
Batu (titar) dan Perahu Batu (fampompar).
Bapa Uskup didoakan secara adat, dikalungkan syal dan disambut dengan tarian
khas untuk menyambut tamu agung, yaitu tarian angkosi.
Uskup Seno Ngutra sedang menaiki anak tangga, didampingi umat/warga setempat. Sumber foto: Facebook Inno Ngutra |
Bapa Uskup kemudian diarak dan menapaki tangga batu yang berjumlah 108 anak tangga. Setiap anak
tangga mempunyai makna filosofis tentang perjalanan hidup manusia.
Misalnya, tangga pertama tersusun rapi melambangkan
kepolosan dan kesucian dari anak yang baru lahir. Tangga kedua yang tidak
beraturan menunjuk pada tahap anak-anak yang masih nakal dan tidak stabil.
Tangga semakin tinggi menujuk pada masa dewasa dan orang tua.
Menurut tradisi seorang tamu agung yang naik tangga ini
tidak boleh berhenti sampai di puncak. Bapa Uskup pun naik tangga ini tanpa
berhenti dan sampai pada puncak. Mau menunjukkan sesulit apapun tantangan dalam
Keuskupan ini, Bapa Uskup akan berjalan bersama umat tanpa putus asa. Bapa
Uskup telah memberi harapan itu bagi kami.
Bapa Uskup kemudian diterima di Natarsori (tempat pertemuan
dan musyawarah, pusat peradaban) dan didoakan oleh para tetua adat di desa ini.
Hati ini sungguh tergetar dan merasakan suasana "mistik", karena
berada di tempat sakral. Saat tetua adat mengangkat "Sopi" dan
berdoa kepada Tuhan Mahakuasa (Ratumangkuase) dan para leluhur di tanah ini
ikut mendoakan Bapa Uskup.
Saat berada Bapa Uskup di atas perahu batu (fampompar),
membawa setiap orang untuk mengingat kisah Yesus saat berada di atas perahu
Petrus (Luk.5:1-11). Kata-kata "Duc in Altum" (Bertolaklah ke tempat
yang dalam) mempunyai pesan dan makna yang sangat dalam dan jelas.
Kami percaya Bapa Uskup berada bersama dengan kami dalam
perahu Keuskupan Amboina ini. Segala badai dan gelombang serta tantangan iman
dan hidup ini, kami tidak gentar dan takut sebab Kristus ada di dalam perahu
Keuskupan ini.
Setelah dari Desa Sangliat Dol, Bapa Uskup mengunjungi dan
memberkati Desa Sangliat Krawain, Arui Bab, Arui Das, Lorwembun, Alusi Batjasi,
Alusi kelan, Alusi Bukjalim dan Alusi Krawain. Peristiwa ini sungguh hidup dan
membawa kita pada kisah dalam Injil bagaimana Yesus dan para murid berjalan
dari desa ke desa untuk membawa kabar sukacita bagi banyak orang. Begitu pula
Bapa Uskup membawa kegembiraan bagi kami semua.
Mereka menyambut dengan doa adat, foruk (syair) dan tarian
yang diiringi dengan pukulan tifa dan guitar menambah sukacita umat di pesisir
timur. Bapa Uskup akhirnya memberi sakramen Krisma kepada 363 orang di Paroki
Alusi. Perayaan ini akan menjadi menjadi ingatan yang hidup dari anak-anak dan
dewasa dan menjadi kisah sejarah yang indah bagi kami semua.
Uskup Seno Ngutra memberikan berkat kepada umat Katolik di wilayah setempat. Sumber foto: Facebook Inno Ngutra |
Sungguh ini menjadi peristiwa iman yang besar. Petualangan iman bersama Mgr. Inno sangat meneguhkan hati kami. Kami tetap menjaga warisan iman Katolik yg telah diberikan oleh para misionaris dan juga nenek moyang kami.
Bapa Uskup telah mengunjungi, memberkati dan tinggal
bersama-sama dengan kami. Bapa Uskup telah mengukir sejarah di tanah leluhur
kami dan terpatri dalam hati kami.
Terima kasih atas Satu Cinta, 1000 senyum yang Bapa Uskup berikan. Andaun Lese
(Satu Pikiran), Dalam Lese (Satu Hati) di Bumi Duan Lolat dan Keuskupan ini.
Tabe Mangfaret Silai (Hormat kepada Yang Kuasa).
Ratu Norkit Monuk Dedesar "Tuhan menyertai kita
sekalian".
Tulisan ini diambil dari unggahan Facebook Uskup Seno Ngutra
(Inno Ngutra) pada Jumat (20/5/22).