Salah satu peserta pada lomba tarian adat, yang digelar TP-PKK Kabupaten Maluku Tenggara di pelataran Gedung Dekranasda Malra, Senin (14/3/2022). Sumber foto: Dewi-Dharapost. |
Langgur, MARIRINNEWS.com
– Memperingati Hari Kesatuan
Gerak ke-50, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten
Maluku Tenggara (Malra) menggelar lomba tarian adat Kei.
Lomba tersebut
resmi dibuka oleh Ketua TP-PKK Malra Eva Eliya Hanubun, di pelataran Gedung Dekranasda,
jalan Jenderal Soedirman Ohoijang, Senin (14/3/2022) sore. Bupati Malra, M Thaher
Hanubun hadir dan menyemangati para peserta lomba.
“Kalah dan menang dalam suatu lomba itu hal biasa.
Yang terpenting adalah semangat untuk mempertahankan keberadaan budaya kita, harus
tetap ada. Semangat kita jangan pernah pudar, hanya karena kalah dalam lomba,” tegas
Eva.
TP-PKK menyadari
bahwa generasi muda adalah pemilik dan tonggak penerus dari budaya itu sendiri.
Oleh karenanya, keberadaan PKK diharapkan mampu memberdayakan anak-anak Bumi Larvul
Ngabal, dalam hal memainkan alat-alat kesenian dan tarian tradisional.
“Kami tidak bisa
berjalan sendiri, sehingga saya sangat membutuhkan partisipasi dan semangat adik-adik
semua yang ada di tanah Kei,” ujar Eva.
Ibu daerah berjuluk
Bumi Larvul Ngabal ini, lanjut katakan, lomba tarian adat hari ini merupakan kegiatan terakhir
dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati HKG ke-50 tahun 2022.
“Mungkin ini kegiatan
terakhir yang kita laksanakan menjelang peringatan HKG ke-50 , yang akan dirayakan
pada 16 Maret 2022 di Aula Kantor Bupati Malra. Terima kasih sebesar-besarnya kepada
ibu-ibu PKK di tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten yang tiada lelah dan henti-hentinya
menyukseskan kegiatan PKK hingga hari ini,” ucap Eva.
Sementara itu,
Bupati Malra M. Thaher Hanubun menegaskan, generasi hebat adalah generasi yang menghormati
dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya-nya sendiri. Budaya lokal akan tetap lestari,
apabila generasi muda senantiasa melesatrikannya.
“Kalau bukan kita,
siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Harus dari kita, oleh kita, dan untuk
kita. Kita yang harus lebih dulu menghormati budaya kita sendiri, sebelum orang
lain dari luar yang menghormatinya,” ujar Thaher sembari menyemangati peserta lomba.
Thaher menginginkan
keaslian dari tari dan kesenian lokal Kei ditampilkan dalam suatu ajang perlombaan
maupun acara-acara lainnya. Hal ini, kata dia, adalah wujud penghormatan terhadap
kearifan budaya lokal.
“Sebagai Kepala
daerah dan anak asli Kei, saat saya mengunjungi suatu ohoi atau kecamatan, jangan
jemput dengan pakai irama dari kaset atau HP. Harus irama asli dengan tipa, suling
dan gong,” cetus Bupati.
“Entah jelek atau
bagus, biarkanlah keaslian budaya itu menjadi kebanggaan kita,” tandas Thaher.