Marrin News

25 Ohoi di Maluku Tenggara Ditetapkan Sebagai Desa Wisata

Objek Wisata Ngurbloat (Pasir Panjang) Ohoi Ngilngof, Kabupaten Maluku Tenggara. FOTO/Dok. Istimewa. 

Langgur, Marinnews.com - Sebanyak 25 desa di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku ditetapkan sebagai ohoi atau desa wisata. Penetapan tersebut tertuang melalui Peraturan Bupati Nomor 107 Tahun 2020 tentang penetapan kawasan ohoi wisata di Kabupaten Maluku Tenggara. 

Dari 25 desa yang ditetapkan, tersebar di 11 kecamatan, dengan masing-masing desa memiliki potensi wisata unggulan, seperti pantai, tempat ziarah, situs sejarah dan kampung adat, air terjun, tempat pemandian, taman laut, sport snorkling dan diving, serta goa. 

Ke 25 desa itu, diantaranya 15 desa berada di Pulau Kei Kecil. Di Kecamatan Kei Kecil, desa Ohoidertavun, Ohoidertavun Atas dan Letman. Kecamatan Kei Kecil Timur, ohoi Disuk. Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan, ohoi Elaar dan Danar. Kecamatan Kei Kecil Barat, ohoi Madwaer, Ohoidertutu dan Tanimbar Kei. Kecamatan Manyeu, ohoi Ohoililir, Rumadian dan Ngilngof. Kecamatan Hoat Sorbay, Ohoi Letvuan, Evu dan Wab Ngufar. 

Sedangkan 10 desa lainnya berada di Pulau Kei Besar, yakni ohoi Wulurat, Soinrat, Bombay, Ler Ohoilim, Elat, dan Ohoiwait Kecamatan Kei Besar. Di Kecamatan Kei Besar Utara Barat, ohoi Ad. Kecamatan Kei Besar Utara Timur, ohoi Hako. Kecamatan Kei Besar Selatan, Weduar. Dan Kecamatan Kei Besar Selatan Barat, Ohoi Weduar Fer. 

Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata-Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara, Budi Toffi mengatakan, 25 desa yang dikembangkan menjadi desa wisata karena memiliki potensi mendatangkan wisatawan dan memenuhi sejumlah standar penetapan sesuai konsep pengembangan desa wisata. 

"Saat ini Maluku Tenggara memiliki ragam potensi wisata yang tersebar hampir di seantero ohoi atau desa. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap ohoi atau desa memiliki potensi itu, namun desa yang dipilih sebagai desa wisata adalah desa-desa yang selama ini sudah berkiprah di industri pariwisata secara baik," ungkap Budi Toffi kepada awak media di ruang kerjanya, Rabu (2/12/2020). 

Toffi menyebutkan, terdapat tiga aspek atau pendekatan pariwisata yang digunakan sebagai dasar atau tahapan dalam menetapkan satu desa menjadi kawasan desa wisata. 

Pertama, aspek atraksi (daya tarik wisata), berupa sumber daya alam, budaya, dan hasil ciptaan manusia lainnya. Menurut dia, dari sisi atraksi, semua desa di Maluku Tenggara memilik hal itu. 

Aspek kedua, akomoditas atau sarana prasarana, berupa penginapan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya yang dapat mendukung Pariwisata, termasuk didalamnya kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Ketiga, aspek aksebillitas (daya jangkau). 

"Ketiga aspek pendekatan ini menjadi tahapan pertama yang kita lihat. Meski begitu, bukan berarti yang lain tidak diperhatikan," ujarnya. 

Toffi menegaskan, pengembangan desa wisata sebagai produk wisata baru sangat bergantung pada ketiga aspek itu, namun yang paling penting adalah terkait kelembagaan dan partisipasi masyarakat. 

Hal itu lantaran dalam proses pengembangannya, kelembagaan partisipasi masyarakat memiliki peranan penting dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas produk wisata itu sendiri. 

"Ada ohoi yang sebelumnya sudah ada, tetapi karena partisipasi dalam pengembangan wisata sangat minim, sehingga kemudian menurun. Padahal, ada yang baru memulai disertai dengan komitmen dalam pengelolaan, sehingga memang kita angkat dan tetapkan sebagai desa wisata," bebernya. 

Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata-Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara, Budi Toffi. FOTO/Dok. Ghege. 

Menurut Budi, terdapat empat klasifikasi desa wisata, yakni rintisan, berkembang, maju dan mandiri. Dari empat klasifikasi ini, ohoi Ngilngof dengan potensi pantai Ngurbloatnya berada pada kategori mandiri. Sedangkan ohoi Ohoidertavun, Ohoililir dan Rumadian serta Ohoi Wab masuk dalam klasifikasi maju. Selain itu, ohoi seperti Soindrat untuk sementara ini berada pada kategori berkembang dan Ohoi lainnya masuk kategori rintisan. 

"Dalam kategori mandiri, artinya bahwa masyarakatnya sudah siap dari berbagai segi dalam hal mengelola Pariwisata, termasuk didalamnya pengembangan promosi digital. Untuk Ohoi Ngilngof sendiri, promosi wisatanya sudah menggunakan website. Selain itu, pendapatan masyarakatnya sudah bisa diukur. Untuk itulah maka Ohoi Ngilngof dikategorikan mandiri," jelas dia. 

"Untuk desa kategori lainnya, dengan potensi yang dimiliki saat ini, maka pasti kita akan dorong untuk ada dalam kategori berkembang, maju bahkan mandiri," tambahnya. 

Toffi ungkap, selain penetapan desa wisata, saat ini terdapat juga pembentukan klaster desa wisata berbasis digital. Desa atau ohoi yang termasuk dalam klaster ini, yakni ohoi Ngilngof, Wab, Elat dan Soindrat. 

"Dengan hadirnya desa wisata ini akan menambah daya dobrak dari program yang dilakukan Pa Bupati Thaher Hanubun, yakni OVOI "One Village One Inovation". Dengan program ini juga maka diharapkan setiap desa dapat menghasilkan suatu inovasi yang tentunya berbeda dengan ohoi-ohoi lainnya," pungkasnya. (Ghege) 

Baca Juga

Berita Populer

Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar