Penulis/Editor: Gerry Ngamel ||
Langgur, MARRINNEWS.com – Bupati
Maluku Tenggara Muhammad Thaher Hanubun, pada Rabu (24/11/2021) meresmikan prasarana
gedung pengering rumput laut di Ohoi atau Desa Arso, Kecamatan Hoat Sorbay. Bupati
Thaher didampingi General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku
Utara (UIW MMU) Adams Yogasara.
Turut juga Wakil Ketua DPRD Malra Alberth Efruan dan Ketua
Komisi II Adolf Markus Teniwut, Manager PT PLN Unit Cabang Malra dan Kota Tual Alex
Manuhuwa.
Prasarana tersebut dibangun dengan dana corporate
social responsibility (CSR) PT PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan
Maluku Utara, sebesar Rp 140 juta.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Malra Nikodemus
Ubro menjelaskan alokasi dana Rp 140 juta diperuntukan untuk membiayai pembangunan fisik
gedung pengering, serta memfasilitasi kegiatan pendampingan bagi pembudidaya
rumput laut di Ohoi Arso.
“Pendampingan akan dilakukan oleh Tim Institut Teknologi
Bandung (ITB),” ujar Ubro.
Menurut Ubro, sistem pembangunan gedung pengering
rumput laut tersebut berbasis Internet of Things (IoT). “Artinya
pengontrolan suhu dalam ruangan menggunakan sistem aplikasi android,” katanya.
Di dalam gedung itu sendiri, lanjut kata dia, terpasang
juga alat atau elemen pemanas (heater) dan lampu pemanas. Elemen ini berfungsi
mengeringkan rumput laut dari basah hingga kering kawat dengan suhu panas yang
termonitori. Sedangkan untuk atap gedung menggunakan atap UV berbahan
plastik.
“Saat kandungan suhu dalam ruangan menurun, elemen dan
lampu pemanas akan menyala secara otomatis, dengan suhu 30-40°C. Jika biasanya pengeringan
diluar ruangan selama 4-5 hari, dengan elemen ini hanya membutuhkan 3-4 hari,” imbuhnya.
Ia mengungkapkan sistem IoT yang digunakan ini juga
terkoneksi langsung dengan alat pengukur suhu yang terpasang di sekitar area budidaya
dan dapat mengontrol perubahan suhu air laut.
“Apabila terjadi cuaca dan suhu ekstrim, alat dimaksud
dapat langsung memperingatkan masyarakat pembudidaya agar tidak melakukan
penanaman dan sebagainya,” jelas Ubro.
Ubro menambahkan, Pemerintah daerah juga telah
mengucurkan dana sebesar 107.954.000 untuk membangun jalan produksi sepanjang
200 meter di Ohoi Arso. Dana bersumber dari dana DAK Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Malra tahun 2021.
“Sesuai instruksi Pa Bupati, dananya telah digunakan untuk
membangun jalan produksi dimaksud. Pembangunan jalan tersebut untuk mempermudah
masyarakat Arso, mengangkut hasil dari laut ke tempat-tempat penjemuran,” jelas
Ubro.
Di Ohoi Arso terdapat 30 kepala keluarga, dengan
jumlah penduduk sebanyak 127 jiwa. Dari jumlah penduduk itu, 46 jiwa
diantaranya berprofesi sebagai pembudidaya rumput laut.
General Manager PT PLN UIW MMU Adams Yogasara menyatakan
pengembangan fasilitas pengeringan rumput laut dengan sistem teknologi diharapkan
dapat menjadikan pembudidaya di Ohoi Arso berkembang menjadi pembudidaya modern.
Sehingga menghasilkan hasil panen yang lebih baik dan berkualitas.
“Dengan menggunakan teknologi ini, hasil tanam akan lebih
baik, begitu juga dengan proses pengeringan menuju bahan baku yang bisa dijadikan
produk eskpor ke Jepang,” kata Adams.
Menurut Adams, penggunaan teknologi pengeringan rumput
laut telah terbukti di wilayah Nusa Tenggara.
“Kami punya pengalaman di Nusa TenggaraTenggara, sebagian
besar kita lakukan ekspor ke JepangJepang, sebagiannya lagi kita jadikan untuk kebutuhan
dalam negeri,” ucap dia.
Adams menyebut kawasan laut Desa Arso memiliki sumber daya
yang menjanjikan. Untuk itu, kedepan pihaknya akan mendukung pengembangan produksi
rumput laut di Ohoi Arso.
Sementara itu, Bupati Malra M Thaher Hanubun menyampaikan
apresiasi dan terima kasih atas dukungan dan bantuan PT PLN UIW MMU melalui CSR
fasilitas pengering rumput laut.
Bupati menyatakan, dukungan CSR PT PLN berupa fasilitas
tersebut adalah dukungan yang sangat berarti bagi masyarakat Ohoi Arso.
“Saya yakin dan
percaya fasilitas ini akan memberikan dampak positif bagi peningkataj produksi dan
produktivitas rumput laut di Ohoi Arso. Fasilitas ini juga pasti akan mendorong
perputaran uang ditingkat petani lebih semakin cepat,” tandas Thaher.
Ata Namsa, salah satu warga pembudidaya Ohoi Arso mengaku
senang dengan hadirnya fasilitas pengeringan rumput laut tersebut karena akan sangat
membantu warga setempat.
“Senang sekali, karena kalau musim hujan, katong (kami,
red) sangat setengah mati tetapi dengan hadirnya rumah ini sudah sangat membantu
katong dalam penjemuran,” ujar Ata.
Namsa sudah membudidaya rumput laut sejak tahun 2005. Ia
mengatakan, selama rentan waktu 2005 hingga sekarang, produksi rumput laut yang
dihasilkan per bulan mencapai 1 ton.
“Kalau musim ekstrim, katong biasa hanya bisa dapat setengah
ton saja tetapi kalau datang musim bagus, bisa hasilkan 2-3 ton/1 kali panen. Dari
hasil itu juga katong bisa dapat uang Rp 50 juta,” sebut dia.
Namsa berharap keberadaan sumber daya rumput laut dan pembudidaya
di Ohoi Arso senantiasa mendapat perhatian pemerintah daerah. “Tanpa dukungan pemerintah,
katonng tidak bisa berbuat lebih seperti sekarang,” kata Namsa.