Penulis/Editor: Gerry Ngamel ||
Langgur, MARRINNEWS.com – SMA
Sanata Karya (SAKA) Langgur kembali menyabet gelar juara umum pada kompetisi Peringatan
Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke 76 tingkat SMA/sederajat se Kabupaten Maluku
Tenggara.
Sekolah Yayasan Katolik tersebut dikukuhkan sebagai
juara umum dengan koleksi 7 medali emas, 4 medali perak, dan 3 medali perunggu
dari 10 kategori mata lomba yang dipertandingkan.
Tahun 2020, dalam penyelenggaraan kompetisi yang sama,
SMA SAKA juga menjadi juara umum. Perolehan medali SMA SAKA meningkat dibanding
tahun sebelumnya.
“Ada pergeseran raihan medali. Tahun ini cukup banyak
dibanding tahun kemarin. Beberapa mata lomba seperti debat Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris, kami tetap mempertahankan juara I,” ungkap Kepala Sekolah SMA
SAKA Langgur, RD Lopes Sirken kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat
(26/11/2021).
Pengumuman hasil lomba tersebut diumumkan dalam acara
serimony peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke 76 yang dipusatkan di
lapangan upacara SMA Sanata Karya Langgur, Kamis (25/11). Tahun ini, SMA SAKA menjadi
tuan rumah penyelengaraan upacara peringatan HGN dan HUT PGRI.
Adapun lomba digelar oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Maluku Cabang Dinas Pendidikan Menengah dan Pendidikan
Khusus Kabupaten Maluku Tenggara.
Dari mata lomba yang diikuti, Tim SMA SAKA meraup
juara pertama kompetisi Sains Kimia, Matematika, Geografi, Astronomi, Ekonomi, Debat
Bahasa Inggris dan Debat Bahasa Indonesia.
Kategori lomba lainnya; Musikalisasi Puisi, Ilmu
Kebumian, juga Matematika dan Kimia menempati juara kedua. Sedangkan perolehan
juara ketiga dengan mata lomba yakni TIK, juga Ekonomi dan Astronomi.
Akumulasi perolehan juara yang diraih, lantas berhasil
menghantar SMA SAKA mempertahankan trofi “Piala Bergilir”.
Romo Lopes Sirken berfoto dengan senjumlah trofi di ruang kerjanya. Sumber foto: Gerry. |
“Satu bulan sebelum kompetisi dimulai, pihak sekolah
melakukan penjaringan per 9 mata lomba mata pelajaran. Tahapan penjaringan
dilakukan selama satu pekan. Dari 9 mata pelajaran yang diuji, diambil nilai
tertinggi. Siswa dengan nilai tertinggi inilah kemudian diutus mewakili sekolah,”
tutur Romo Lopes.
Setelah tahapan penjaringan, lanjut kata dia, setiap
siswa yang mengikuti lomba mendapat bimbingan belajar ekstra dari Guru Pendamping.
Masa pembimbingan berlangsung kurang lebih 3 minggu, setelah jam sekolah
berakhir.
“Siswa yang mengikuti lomba diberikan pelatihan dan pendampingan
khusus selama kurang lebih 1 jam,” imbuhnya.
Tak dipungkiri bahwa setiap Guru dan Siswa di 24 SMA,
SMK, SMAK, MA dan MAN di daerah ini memiliki kompetensi. Namun dalam setiap
kompetisi, pastinya setiap sekolah memiliki starategi sendiri untuk memenangkan
lomba yang diikuti. Demikianlah metode penjaringan dan pembimbingan yang
diterapkan SMA Sanata Karya Langgur dalam setiap mengikuti kompetisi antar
pelajar.
Sirken mengaku pihak sekolah senantiasa memberi
dukungan moral maupun moril bagi setiap siswa yang mengikuti ivent, baik di
tingkat daerah, provinsi ataupun tingkat nasional.
“Dukungan yang kami berikan, bukan hanya sebatas untuk
mengikuti lomba lalu mendapatkan juara belaka. Tetapi kami punya keyakinan
bahwa ketika siswa-siswi ini menyelesaikan pendidikan SMA, sekurang-kurangnya mereka
sudah punya pengalaman dan karakter tersendiri, pengalaman sehingga saat di perguruan tinggi atau
di lingkungan sosial lainnya, semangat perjuangan itu tetap melekat dalam jiwa
mereka,” ujar dia.
Sebagai sekolah tertua di Kepulauan Kei, Romo Lopes
memiliki segudang mimpi, cita-cita dan harapan besar untuk memajukan dunia pendidikan,
khususnya peserta didik pada SMA SAKA Langgur.
“SMA Sanata Karya Langgur merupakan sekolah menengah
atas tertua di Kepulauan Kei. Sekolah ini juga sudah banyak menorehkan tinta
emas di berbagai bidang. Oleh karenanya, saya menginginkan siswa-siswi di
sekolah ini bisa lebih giat lagi dalam hal belajar. Siswa-siswi harus menemukan
potensi atau minat ilmu selama menempuh pendidikan di bangku SMA, sehingga kelak
ketika memasuki perguruan tinggi, mereka dapat berkuliah sesuai ilmu yang ditekuninya
semasa SMA,” tutur Sirken.
Bagi Lopes, lomba dan prestasi hanyalah sebuah sarana “Karena sesungguhnya nilai ataupun prestasi bukanlah hal yang nantinya mereka (siswa-siswi) hadapi di luar lingkungan sekolah. Mereka akan diperhadapkan dengan realitas kondisi lingkungan dan zaman yang penuh dengan tantangan. Untuk itulah maka karakter para siswa harus benar-benar terbentuk melalui berbagai kompetisi yang diikuti, pastinya juga melalui pembimbingan ekstra dari para Guru,” tandas Romo Sirken.