Marrin News

MTH Beri “Yelim” Dua RTLH di Ohoi Soinrat, Warga: Hari ini Kami Sudah Merdeka

Bupati Maluku Tenggara, Muhammad Thaher Hanubun saat berada di salah satu rumah tidak layak huni milik warga di Ohoi Soinrat, Kecamatan Kei Besar, Sabtu (6/11/2021). Foto: Dokpri. 

Penulis/Editor: Gerry Ngamel ||
"Sejak Indonesia merdeka, kami belum merasakan kemerdekaan itu. Tapi puji Tuhan, hari ini dengan kehadiran Pa Bupati Taher, kami sudah merdeka,” _Paulina Fatubun/Yenyaan, warga pemilik RTLH di Ohoi Soinrat. 

Langgur, MARRINNEWS.com - Bupati Maluku Tenggara Muhammad Thaher Hanubun, pada Sabtu (6/10/2021) meninjau langsung dua rumah tidak layak huni (RLTH) di Ohoi Soinrat, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara.

Kunjungan tersebut dilakukan Bupati Thaher sebagai respon atas keluhan warga sebagaimana diterimanya beberapa waktu lalu.

Dua rumah tidak layak huni dimaksud, masing-masing ditempati oleh Maria S Mituduan/Maturan dan Wilhelmus Fatubun (Almarhum).

Berdasarkan pantauan Marrinnews.com, kondisi rumah keluarga Ibu Maria nampak sangat memprihatinkan, dimana kini tidak layak untuk ditempati lagi. Kondisi fisik bangunan rumah rusak parah, bahkan hampir roboh.

Kondisi serupa juga terlihat pada rumah bapak Wilhelmus Fatubun. Atap bagian kanan sudah terlepas dari bangunan rumah. Begitu pun dinding bagian kanan terlihat rusak parah.

Bupati Thaher begitu terharu saat melihat kondisi dua rumah warga yang dikunjunginya. Ia lantas menyampaikan akan memberikan bantuan agar dua rumah tersebut dapat segera dibangun kembali sebagaimana mestinya.

Menurut dia, bantuan yang diberikan adalah berupa “Yelim”. Yelim pribadi, bukan saja darinya melainkan juga akan dibantu oleh Kepala Dinas Sosial serta Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan.

Kedua rumah ini rencananya akan mulai dikerjakan pada Senin (8/10/2021), dengan ukuran 3×6 meter.

Seiring itu, Thaher meminta Camat Kei Besar agar mengawasi jalannya proses pekerjaan.

Orang nomor satu Bumi Larvul Ngabal ini menyebut masih terdapat banyak rumah tidak layak huni di wilayah Pulau Kei Besar.

Thaher pun meminta OPD terkait, Camat dan Kepala ohoi setempat agar memprioritaskan bantuan terhadap rumah-rumah dimaksud.

"Perlu diakui bahwa bahwa ada banyak rumah yang terlihat belum layak huni. Kepada para kepala OPD, Camat dan kepala Ohoi agar bagi rumah-rumah yang sudah tidak layak dihuni harus diprioritas untuk mendapat bantuan, terutama bantuan bedah rumah,” tegas Thaher.

Bupati Maluku Tenggara, M Thaher Hanubun sedang berbincang dengan salah satu warga saat berada di rumah Ibu Maria Mituduan. Foto: Dokpri. 

Sementara itu, Maria Mituduan/Maturan sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan Bupati Thaher Hanubun.

Maria mengaku terharu sekaligus bangga memiliki sosok pemimpin daerah yang sosialis seperti Bupati Thaher Hanubun.

Kehidupan ekonomi keluarga ibu Maria sangat terpuruk sepeninggal sang suami yang telah lama meninggal dunia. Kini ia hanya hidup dengan ketiga anaknya.

Lantas bagi Maria, kehadiran dan bantuan “Yelim” yang diberikan Bupati Thaher menjadi berkah tersendiri untuk keluarganya.

"Selama ini kami tidak mendapat bantuan apapun dari Pemerintah, baik dari Pempus maupun hingga di ohoi ini. Tapi lewat Pa Bupati Thaher, hari ini kami bisa dapat bantuan rumah. Terima kasih Pa Bupati Thaher," ucap Maria.

Hal serupa juga turut dirasakan Paulina Fatubun/Yenyaan, istri dari Wilhelmus Fatubun (alm).

Menurut Paulina, rumah yang ditempatinya saat ini merupakan bangunan tua peninggalan keluarga dari sang suami. Rumah tersebut sejak dahulu tidak pernah mendapat bantuan pemerintah.

"Sejak Indonesia merdeka, kami belum merasakan kemerdekaan itu. Tapi puji Tuhan, hari ini dengan kehadiran Pa Bupati Thaher, kami sudah merdeka,” tandas Paulina.  

Untuk diketahui, “Yelim” merupakan sebuah tradisi masyarakat Kei tentang pemberian sumbangan sukarela kepada keluarga atau kerabat yang membutuhkan.

Yelim diberikan secara tulus pada setiap momen suka maupun duka dalam balutan kasih sayang sebagaimana falsafah tetuah Kei “Ain ni Ain” (hubungan kekerabatan).

Tradisi ini dikembangkan turun temurun sejak masa leluhur masyarakat Kei, tanpa memandang status sosial maupun agama tertentu.

Baca Juga

Berita Populer

Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar