Bupati Maluku Tenggara Muhammad Thaher Hanubun memberikan sambutannya dalam acara pemasangan atap gedung Gereja Baru Paroki St. Petrus dan St. Paulus Watuar, Selasa (16/11/2021). Dokpri. |
Penulis/Editor: Gerry Ngamel ||
Langgur, MARINNEWS.com - Bupati
Maluku Tenggara Muhammad Thaher Hanubun pada Selasa (16/11/2021) menghadiri acara
pemasangan atap gedung Gereja Baru Paroki St Petrus dan St Paulus Watuar di Kecamatan
Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara.
Menariknya, pria yang kerab disapa Haji Thaher ini ikut
langsung memasangkan atap pertama bangunan gereja. Ia didampingi Wakil Uskup Kei
Besar serta Pimpinan dan Anggota DPRD Maluku Tenggara. Sebelum pemasangan atap,
dilakukan doa pemberkatan.
Aksi Thaher tersebut bukan baru sekali. Ia sudah sering
melakukannya berulang kali sejak menjabat Bupati Maluku Tenggara.
Bukan saja memasang atap gereja atau masjid, orang nomor
satu Bumi Larvul Ngabal itu juga kerap melibatkan seluruh staf dan pimpinan OPD
bergotong royong bersama masyarakat membangun rumah-rumah ibadah. Tak tanggung-tanggung,
Thaher juga memikul kerikil, mengaduk semen hingga membawakannya.
Thaher dalam sambutannya mengatakan, pembangunan rumah
ibadah merupakan salah satu prioritas Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Dimana
dalam proses pembangunannya dilakukan dengan mengedepankan budaya Maren atau Gotong
Royong.
Ia menekankan Maren adalah adat istiadat masyarakat
Kei yang tidak boleh terdegradasi hanya karena pengaruh zaman.
“Ketika saya dan Wakil Bupati dilantik, saya mencoba
membangkitkan budaya ini. Mulai dari semua OPD baik Pimpinan Eselon II, III dan
staf, selalu saya ajak pergi untuk bekerja maren bersama membangun gereja dan masjid.
Seperti halnya pembangunan Gereja Katolik Kolser, Gereja Protestan Ohoiseb dan
Ohoidertawun, Masjid Mastur lama dan Masjid Dian Pulau,” ujar Thaher di Ohoi Watuar.
Bupati menegaskan, pembangunan yang dikerjakan secara bergotong
royong dapat meringankan beban dan mempercepat pekerjaan.
"Kita bukan siapa-siapa, tetapi dengan kekurangan,
kelebihan, semangat dan hal lainnya yang kita miliki ketika menjadi satu maka semuanya
akan terlaksana dengan baik,” tutur Thaher.
Mantan Anggota DPRD Provinsi Maluku ini menyatakan keterlibatan
semua pihak dalam proses pembangunan gedung Gereja St. Petrus dan Paulus menjadi
acuan percepatan pembangunan gedung gereja ini sendiri.
Hal itu terbukti dimana awal pemasangan fondasi bangunan,
baru saja dilakukan akhir tahun 2020 dan kini sudah memasuki tahap pemasangan atap.
Thaher lantas bangga dengan pencapaian pembangunan tersebut.
“Apabila Gereja ini berdiri tanpa dukungan semua pihak
maka itu tidak mungkin. Jika kita harap orang Watuar sendiri itu mungkin juga
akan berdiri, tapi tentunya butuh proses yang lama,” kata Thaher.
“Untuk Gereja ini sendiri, tahun kemarin kita letakan
batu pertama dan sudah dibantu oleh Pemda. Kini sudah sampai dengan penutupan
atap Gereja, semoga dapat ditahbiskan atau diresmikan sesuai dengan rencana
yakni pada tahun 2022,” imbuhnya.
Bupati menginginkan pendirian suatu rumah ibadah harus
dapat diselesaikan sesuai target. “Bagi saya sendiri tidak menginginkan
pendirian rumah ibadah memakan waktu bertahun-tahun. Setelah peletakan batu
pertama, jangan lagi kita tunggu sampai puluhan tahun kedepan lagi baru kita
resmikan,” tegas dia.
Sebelum hadir di Ohoi Watuar, beberapa hari sebelumnya
Bupati Thaher berada di Ohoiwait untuk pembongkaran Masjid lama dan melihat
pembangunan Masjid baru. Setelahnya, ia ke Mataholat untuk pengecoran Masjid.
Thaher mengatakan, perjalanan yang dilakukan tersebut
semata-mata demi memastikan keberlangsungan pembangunan rumah-rumah ibadah sebagaimana
yang diharapkan masyarakat atau jemaat. Lebih dari itu mengharapkan ridoh
Tuhan.
Bupati kembali menekankan arti kebersamaan dalam membangun
rumah-rumah ibadah.
“Kenapa kita harus bersama membangun gereja, karena
kita percaya gereja bukan hanya sekedar tempat berkumpul untuk beribadah,
terlebih tempat dimana Tuhan tinggal dan bersemayam, tetapi Gereja sesungguhnya
adalah diri setiap orang,” papar Thaher.
Ia juga berkomitmen untuk senantiasa hadir ditengah masyarakat
dalam hal pembangunan sarana peribadatan.
“Saya berupaya bekerja semaksimal mungkin. Saya punya
kasih, saya punya fangnanan (kasih sayang, red) untuk semua masyarakat, tidak
membeda-bedakan Islam atau Kristen, Kei Kecil ataupun Kei Besar,”
“Hargailah setiap orang dalam pembangunan Gereja atau
Masjid, batu sekecil apapun yang dia bawa dengan tulus dan ikhlas untuk
membangun rumah Tuhan, maka terima dan hargailah itu,” pungkas Thaher.