Salah satu layangan hias yang dilombakan bermotif Tabob (Penyu belimbing) sedang mengudara di Pantai Ngursarnadan, Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara. Sumber foto: Gerry. |
Penulis/Editor: Gerry Ngamel ||
Langgur, MARRINNEWS.com – Ada
yang berbeda dengan Penyelenggaraan Festival Pesona Meti Kei tahun 2021. Event
tahunan kali keenam di Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku ini menyuguhkan berbagai
atraksi dan lomba. Salah satunya adalah lomba layangan hias.
Lomba ini sendiri baru pertama kali diselenggarakan
dan berpusat di destinasi Wisata Pantai Ngursarnadan, Ohoi atau Desa Ohoililir,
Kecamatan Manyeu, Maluku Tenggara.
Sebanyak 62 peserta berpartisipasi dalam lomba tersebut.
Peserta terbagi atas 2 kategori, yakni kategori dewasa sebanyak 36 orang dan
anak remaja 26 orang.
Puluhan peserta lomba, pada Minggu (24/10/2021) tampil
beradu kreatifitas dengan membuat berbagai macam bentuk layang layang
yang siap menghiasi angkasa pantai Ngursarnadan.
Layangan dibuat beragam motif sehingga saat
diterbangkan terlihat indah. Ada peserta yang membuat layang layang menyerupai
penyu, tabob atau penyu belimbing, kupu-kupu dan lainnya.
Ketua dewan juri lomba layangan hias, Budhi Toffi menyebut
ada lima hal dalam kriteria penilaian. Pertama keseimbangan dan kestabilan
layangan saat terbang. Kemudian kreasi (keindahan layangan), best
performance (kekompakan tim) dan manuver saat layang-layang mengudara
“Mereka (peserta) diberi waktu 20 menit. Pada menit 0-5 kita
nilai cara menaikan, menit 10-15 kita lihat ketahanan, menit 15-20 manuver,”
kata Budhi Toffi kepada Wartawan usai lomba.
Hujan yang turun sesaat ditengah perlombaan dan
kurangnya tiupan angin menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta. Banyak
layangan berhasil diterbangkan, adanya juga yang gagal. Kondisi tersebut lantas
tak menyurutkan semangat para peserta lomba, meski tak bisa dipungkiri bahwa ada
keluh kesah dari peserta.
“Banyak peserta yang mengeluh tentang tidak adanya
angin. Nah, inilah yang kami buat sehingga memang ada tips-tips dari peserta
itu sendiri sehingga dapat menerbangkan layangannya dengan baik,” ungkap Budhi.
Disisi lain, lanjut kata Budhi, sebagian besar
layangan yang bisa bertahan di udara adalah yang menggunakan bahan dasar parasut
dan plastik.
Budhi menambahkan sesuai kriteria standar ukuran layang-layang
yang digunakan dalam lomba seharusnya minimal 100 cm. Namun, kata dia,
ketentuan standar itu kemudian tidak diberlakukan karena hingga teknikal
meeting, tak ada satu pun layangan sesuai standar yang diberikan pihak panitia
sehingga untuk kriteria ini peserta diberikan kelonggaran.
“Kita berikan kelonggaran bagi setiap peserta. Jadi
dalam lomba tadi ukuran layang-layang peserta bervariasi dari 50-100 cm. Mereka
(peserta) semua hari ini sangat baik mengikuti lomba,” ujar dia.
Lomba layangan dibuka oleh Asisten III Bidang Administrasi
Umum Martinus Mon, yang mewakilkan Bupati Maluku Tenggara.
Adapun pemenang dalam lomba layangan hias ini, masing-masing ada 6 juara dari setiap kategori. Para juara menerima penghargaan berupa sejumlah uang tunai.