Lomba menyanyi tradisional dan menipu suling dalam rangka memperingati hari Nen Dit Sakmas ke III, di lokasi makan Nen Dit Sakmas, Ohoi Semawi, Kabupaten Maluku Tenggara. Sumber foto: Marrin News. |
Penulis/Editor: Ghege Ngamel ||
“Hajatan yang digagas oleh Pemda Maluku Tenggara ini adalah tanda apresiasi atas seni budaya warisan suku Kei,” _Muhamad Thaher Hanubun.
Langgur, MARRINNEWS.com – Pemerintah
Kabupaten Maluku Tenggara melalui Dinas Kebudayaan telah menggelar lomba kesenian
tradisional, pada Rabu (2/9/2021).
Lomba dalam rangka memperingati hari Nen Dit Sakmas ke
III ini dilaksanakan di lokasi makam Nen Dit Sakmas, Ohoi (desa, red) Semawi, Kecamatan
Kei Kecil Timur.
Lomba kesenian tradisional Kei yang diperlombakan tersebut
yakni menyanyi tradisional, kategori ngel ngel, wa'war, snehat dan meniup suling.
Adapun jumlah peserta yang mengikuti lomba sebanyak 35 siswa-siswi SMA/SMK/Ma se
daratan Kei Kecil.
Perkuat Karakter
Ketua Panitia, Kris Ell menjelaskan, melalui lomba kesenian
tradisional diharapkan nilai-nilai tradisi yang berakar dari budaya Kei dapat tetap
lestari dan terus berkembang.
“Nilai-nilai kearifan budaya lokal, khususnya di bidang
kesenian tradisional harus dihidupkan kembali, sehingga budaya Kei tetap mencerminkan
dan memperkuat karakter dan jati diri masyarakat Kei, yang berdiam di wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara,” ujar Ell.
Bupati
Maluku Tenggara Muhamad Thaher Hanubun mengatakan, masyarakat di era modernisasi cenderung menanggalkan tradisi dan lebih memilih menggunakan budaya asing
atau modern.
Dengan
begitu, momentum peringatan Nen Dit Sakmas yang diisi dengan perlombaan kesenian
tradisional, bukan hanya sekedar kompetisi
belaka melainkan menjadi wahana pembuktian kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan
Kei.
“Generasi
muda adalah penerus dari budaya Kei ini sendiri. Jika hari ini, tidak ada lagi kecintaan
untuk seni dan budaya lokal, saya khawatir nyanyian ngel ngel, wawar dan snahet
akan punah. Begitu juga dengan cara meniup suling,” kata Thaher.
"Untuk
itu, anak-anak muda harus tetap melestarikan seni dan budaya Kei yang ada. Anak-anak
muda, begitu juga orang tua harus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian
budaya,” tegas dia.
Seiring
upaya-upaya pemerintah, Bupati Thaher telah menginstruksikan pihak Dinas Pendidikan
Malra untuk memasukan muatan pembelajaran seni budaya dalam kurikulum sekolah.
Selain
itu, Bupati juga berencana untuk memanfaatkan tiga taman yang berada pada pusat
ibukota Langgur sebagai wahana pertunjukan seni budaya.
Apresiasi Seni Budaya
Seni dapat dikatakan sebagai sesuatu yang dibuat oleh
manusia yang mempunyai unsur keindahan. Istilah seni berasal dari kata
"sani", dalam bahasa Sanskerta yakni persembahan, pemujaan dan
pelayanan.
Demikian disampaikan Bupati Maluku Tenggara Muhamad Thaher
Hanubun saat membuka kegiatan lomba kesenian tradisional di lokasi makam Nen Dit
Sakmas.
Thaher menjelaskan, festival Nen Dit merupakan bagian dari
upaya Pemerintah Daerah Maluku Tenggara untuk melestarikan kebudayaan Suku Kei.
“Hajatan yang digagas oleh Pemda Maluku Tenggara ini
adalah tanda apresiasi atas seni budaya warisan suku Kei,” ujar Bupati.
Thaher menekankan bahwa budaya yang dimiliki masyarakat
Kei sangat bernilai. Sehingga sudah sepatutnya kebudayaan tersebut selalu dihargai
dan dijunjung tinggi, karena merupakan harta peninggalan leluhur yang terus
diwariskan sampai pada anak cucu suku Kei.
“Seni budaya merupakan nilai luhur yang harus dijaga
karena adalah cara bagaimana leluhur
berkomunikasi seiring berjalannya zaman,” imbuhnya.
Sebagai informasi, selain lomba Kesenian tradisional, akan ada
juga pergelaran napak tilas perjalanan Nen Dit Sakmas yang dilaksanakan pada
Sabtu (4/9/2021).
Kemudian pada Senin (6/9/2021) dilanjutkan dengan seminar yang
bertemakan peran perempuan Kei dalam keseteraan gender. Kegiatan ini akan dilangsungkan
di aula Kantor Bupati Malra, jalan Abraham Koedoeboen Langgur.