Valeria Selitubun (kiri) dan Karina Dimayu (kanan), korban dalam tragedi ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021). Sumber foto: tangkapan layar. |
Penulis/Editor: Gerardus Ngamel
Langgur, MARRINNEWS.com – “Kami
hanya anak perantau, tolonglah kami, kami sangat ingin kembali beraktifitas dengan
baik dan lebih leluasa”. Demikianlah secercah harapan Valeria Selitubun (21)
dan Karina Dimayu (19) dalam unggahan video berdurasi 02.35 menit yang kini
viral di jagad medsos.
Valeria dan Karina adalah dua dari dua puluh korban luka
bakar dalam tragedi ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar,
Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021) lalu, sesaat setelah Misa ke-II
Perayaan Minggu Palma.
Putri asal Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, Maluku dan Kota
Ternate, Maluku Utara ini tak pernah menyangka akibat peristiwa enam bulan lalu,
kini harus menanggung derita kesakitan hingga ketidakpastian tanggung jawab
Pemerintah dan Rumah Sakit.
Pasca menjalani serangkaian perawatan medis di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar, bekas luka bakar pada ruas tangan dan kaki kedua putri
ini mengalami pembengkakan secara abnormal atau keloid.
“Saat ini, keloid di sekujur tangan dan kaki saya terasa
sangat nyeri. Tidak ada perubahan dari hari ke hari, malahan bertambah bengkak
atau menebal,” ungkap Sendy, sapaan akrab Valeria Selitubun saat diwawancarai Marrinnews.com
via Mesengger, Rabu (29/9/2021).
Derita keloid itu mengakibatkan Valeria tidak dapat
melakukan aktifitas secara normal. Kondisi serupa juga dialami Karina Dimayu.
Lantas, baik Valeria maupun Karina telah mengajukan
permohonan kepada pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk melakukan
tindakan operasi. Namun oleh pihak rumah sakit belum memberikan respon, padahal
kondisi semakin memburuk.
“Sudah beberapa hari ini kami menunggu jawaban tapi belum
ada kepastian ataupun persetujuan operasi dari pihak Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar,” ujar Sendy dan Karina.
Alih-alih mendapat perawatan intens rumah sakit, janji Pemerintah
untuk menanggung seluruh biaya perawatan medis bagi Valeria dan Karina hingga
pulih total, seakan jadi penawar duka sesaat saja. Janji itu tak lagi kunjung terealisasi.
“Kami dijanjikan pengobatan hingga pulih oleh Pemerintah,
tapi hingga saat ini kami tidak diperhatikan secara sempurna sebagaimana janji
Pemerintah,” sesal Sendy dan Karina sembari meneteskan air mata.
Diketahui, Presiden Jokowi dalam pernyataan resminya
sesaat setelah peristiwa ledakan bom bunuh diri itu terjadi, menyatakan bahwa
negara akan menjamin semua biaya pengobatan dan perawatan para korban.
"Untuk para korban yang luka-luka, kita mendoakan
agar segera diberikan kesembuhan dan negara menjamin semua biaya pengobatan dan
perawatan para korban," ucap Jokowi seperti dilansir dari Kompas.com
Dua Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Stella
Maris Makassar ini sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengumpulkan biaya operasi
dan pengobatan lanjutan serta membeli obat-obatan melalui keluarga
masing-masing.
Tindakan medis untuk Valeria dan Karina harus segera dilakukan.
Kendati begitu, pihak rumah sakit belum memberikan kepastian.
Belum lagi, biaya operasi dan pengobatan lanjutan yang
tidak tercukupi mengingat kondisi ekonomi keluarga mereka yang sangat terbatas.
Oleh karenanya, Valerin
dan Karina saat ini sangat membutuhkan uluran tangan kasih dari berbagai pihak
untuk proses penyembuhan keloid yang diderita.
“Bapak Uskup, Pastor dan para donatur yang ada, kami
meminta kiranya bisa membantu untuk mengatasi keloid ini. Semoga dengan bantuan
bapak ibu, kami bisa segera kembali beraktifitas dengan baik dan lebih leluasa.
Tuhan memberkati kebaikan bapak ibu sekalian. Kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala doa dan kebaikannya,” ucap Sendy dan Karina.