Marrin News

Soroti Musyawarah NU Kota Tual, Rahayaan: Harus Kurangi Aktivitas Politik

Ruslani Rahayaan, SE

NU Kota Tual harus menjadi organisasi berkumpulnya para Ulama dan tokoh Muslim yang memliki pengetahuan cukup dalam urusan Islam dan umat.

Tual, Marrinnews.com – Nahdatul Ulama (NU) Kota Tual harus mengurangi aktivitas dalam urusan kepentingan politik, kepentingan pribadi serta kepentingan golongan. NU Kota Tual juga hendaknya tidak sekadar menjadi kendaraan politik.

Demikian disampaikan Pembina Muda Majelis Pengajian As-Sholihin, Ruslani Rahayaan, kepada media ini, Kamis (26/08/2021). Menurutnya, hal ini perlu diperhatikan mengingat NU merupakan organisasi Islam terbesar tempat berkumpul para ulama dan tokoh Muslim yang bersih dari urusan dunia, bahkan para tokoh Muslim yang paripurna.

“Kita ketahui bersama bahwa di Kei ada NU struktur dan NU kultur dan di Tual dan Malra lebih banyak warga NU kultur yang sejak orang tua dan tokoh-tokoh Muslim dan pejuang agama terdahulu merupakan NU kultur yang kemudian secara turun-temurun sampai generasi saat ini,” jelasnya.

Ia berpendapat, musyawarah NU Kota Tual yang dilaksanakan beberapa hari kemarin lebih bertujuan untuk kepentingan kelompok dan individu. Realitas itu menurutnya seakan mengabaikan sejarah lahirnya NU.

“Sejarah NU didirikan oleh para Kiyai dan Ulama, bukan asal jadi, namun dilakukan dengan iktihar dohiir, batin melalui istikhoro serta musyawarah, maka NU ini dijaga, didoakan para malaikat dan Wali-wali Allah, maka kita semua berharap agar organisasi NU tidak dibawa untuk kepentingan politik kelompok dan individu,” jelas Rahayaan.

Mantan orang nomor 1 di HMI Cabang Tual itu menegaskan, NU Kota Tual harus menjadi organisasi berkumpulnya para Ulama dan tokoh Muslim yang memliki pengetahuan cukup dalam urusan Islam dan umat.

“Hal ini harus sejalan dengan proses musyawarah NU harus dilaksanakan dengan terbuka musyawarah bersama, demokratis agar semua umat merasa memiliki organisasi NU maka harus dihindari hasil keputusan struktur organisasi NU yang tidak mengakomodir berbagai kepentingan umat,” ujarnya.

Menurut Rahayaan, organisasi harus diurus orang yang memiliki pengetahuan cukup dalam urusan keumatan serta menjadi tauladan yang paripurna secara individual. Apalagi, sambungnya, pengurus NU akan hadir di tengah masyarakat dan menjadi panutan bagi semua umat.

“Maka saya berharap organisasi NU harus bebas dari kepentingan politik dan kelompok untuk itu kami memberikan perhatian kepada NU wilayah Maluku dan pusat agar lebih selektif dalam memberikan kepercayaan kepada orang yang akan mengurus NU di Kota Tual,” paparnya.

Ia menggarisbawahi lagi bahwa NU merupakan tempat berkumpul para ulama dan tokoh-tokoh Islam yg secara pribadi memiliki pengetahuan agama yang paripurna baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan serta punya rekam jejak sebagai insan religius yang mampu hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai tokoh, panutan dan teladan yang mampu diterima seluruh umat Islam di Kota Tual.

“Perlu diingat bahwa NU merupakan organisasi para ulama tempat semua umat Islam yang ada di daerah meminta petunjuk serta nasehat dan solus berbagai persoalan umat yang terjadi dalam masyarakat di Kota Tual, " tegas Rahayaan.

Ia menegaskan kembali pengamatannya bahwa selama ini NU Kota Tual lebih cenderung mengurusi persoalan yang berkaitan dengan urusan politik dan tidak melaksanakan kegiatan keumatan. Padahal, lanjutnya, yang menjadi tugas penting NU adalah persoalan umat.

Lebih lanjut Ruslani mengutip hadist Rasulullah yang populer di kalangan NU dan bahkan seluruh umat Muslim bahwa jika amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat.

“Maksud kiamat itu adalah (kehancuran) dari perkara yang diamanatkan kepadanya itu dia (Abu Hurairah) bertabaya wahai Rasulullah bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu, beliau menjawab jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah hari kiamat tersebut,” terangnya.

Menurutnya, frasa ‘perkara yang diurusnya’ dan ‘orang yang mengurusnya’ itu dibahasakan dengan kiamat sekarang. Baginya, kiamat atau kehancuran itu adalah persoalan yang serius.

“Harapan saya agar NU dijadikan rumah besar bagi ulama dan tokoh muslim yang dapat diterima di seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kota Tual,” pungkasnya.

Baca Juga

Berita Populer

Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar