Penulis/Editor: Ghege Ngamel ||
Malra, MARRINNEWS.com – Kementerian Koordinasi Bidang kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku sebagai pusat kawasan pengembangan budidaya rumput laut di wilayah Timur Indonesia.
Penetapan kampung budidaya rumput laut terintegrasi
skala besar di negeri berjuluk Larwul Ngabal pada tahun 2022 nanti, guna
mendukung implementasi program Maluku Lumbung Ikan Nasional (M-LIN).
Hal ini dikatakan Deputi Sumberdaya Maritim Kemenko
Marves, Safri Burhanuddin saat diwawancarai awak media di pelataran Kantor
Bupati Malra, Senin (23/8/2021).
Safri mengungkapkan, pada tahun 2021 lalu juga Pemerintah
telah menetapkan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur sebagai kampung budidaya rumput
laut atau seaweed estate.
Ia menjelaskan, proyek pembangunan kampung budidaya
rumput laut di Maluku Tenggara akan dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke
hilir, mulai dari budidaya sampai pemasaran dan pemanfaatannya.
Safri mengatakan realisasi pengembangan kampung
rumput laut pada tahun 2022 mendatang, memanfaatkan dana Pempus yang bersumber
dari anggaran percepatan melalui pinjaman luar negeri.
Ia menambahkan Pemerintah juga mengunakan investasi
dana swasta untuk membangun industri rumput laut ini.
“Dana yang diperuntukan kurang lebih mencapai $USD
30 juta atau sekitar Rp450 miliar. Dana ini juga akan dibagi dua untuk Malra dan
Sumba Timur,” sebut dia.
Tenaga Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan ini memastikan
industri skala besar kampung budidaya rumput laut akan dibangun di Maluku Tenggara
pada tahun 2022 mendatang.
Walau begitu, lanjut kata dia bahwa hal itu hanya dapat
terwujud apabila sumber daya manusia di Maluku Tenggara mencukupi target.
"Industrinya akan langsung dibangun di sini
(Malra, red). Hanya saja, SDM atau tenaga kerja di sini cukup atau tidak? jangan
sampai kita memperbesar ke skala Industri tetapi tenaga kerjanya kurang," ujar
Safri.
Disisi lain, petani rumput laut terkadang mengeluh soal
harga pasaran yang tidak sesuai karena terdapat banyak pengepul.
“Kan perbedaan harga rumput laut dari pembudidaya
ke pabrik itu tinggi, karena ada banyak pengepul,” ungkap Safri.
Untuk itu, Safri mengklaim dengan adanya program seaweed
estate dipastikan dapat meminimalisasi keberadaan pengepul. Sehingga pembudidaya
bisa menikmati hasil usahanya dengan selisih harga memuaskan.
“Kita ingin pengepul ini kita kurangi sekecil mungkin,
kemudian pembudidaya langsung ke pabrik, sehingga selisih harga kecil dan
dinikmati oleh pembudidaya,” imbuhnya.
Safri berharap dengan hadirnya program ini pendapatan asli daerah dan
kesejahteraan masyarakat di Maluku Tenggara semakin meningkat. Termasuk dapat menurunkan
angka kemiskinan dan pengangguran.
Dinilai Sigap
Safri menilai Pemkab Malra sudah sangat sigap mempersiapkan
landasan untuk menjalankan program kampung budidaya rumput laut. Kesiapan itu terlihat
dengan telah terbentuknya tim percepatan pengembangan rumput laut.
Seiring kesiapan Pemkab Malra itu, Safri menyampaikan
apresiasinya. Bagi dia, Pemkab Malra sangat luar biasa.
"Kesiapan Pemkab Malra untuk program budidaya
rumput laut sudah sangat luar biasa. Itu artinya Pemkab sudah jauh lebih siap.
Sekarang tinggal kita sinergikan agar dikembangkan skala besar dengan manajemen
pengelolaan yang baik," ucapnya.
Survey Lokasi
Sebagai informasi, Tim Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) tiba di Kabupaten Maluku Tenggara,
pada Senin (23/8/2021) siang.
Adapun tim tersebut, diantaranya Tenaga Ahli Deputi Sumberdaya Maritim Kemenko Marves
dan Tenaga Ahli KKP Safri Burhanuddin, Tenaga Ahli Budidaya Deputi Sumberdaya
Maritim Kemenko Marves Hanaauddin Atjo.
Pakar Rumput Laut Unhas Hasni Yulianti Aziz. Cahyadi
Rasyid selaku Kabid Perbenihan dan Sarana Produksi Budidaya, Deputi Sumberdaya Marves.
Semuel Rehalus, Kasubag Perencanaan Sekretariat
Kemenko Marves.
Firdaus Waskita Suhada, Direktorat Produksi dan
Usaha-Dirjen Budidaya KKP. Kahar Samal dari Balai Perikanan Budidaya Air Laut
Ambon.
Kunjungan tim Kementerian ini adalah dalam rangka untuk
meninjau dan memastikan kesiapan lokasi budidaya yang telah diusulkan Pemkab Malra.
“Kami datang di sini untuk meyakinkan lokasi mana
saja yang diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Kami lebih
banyak meninjau lapangan. Kami melihat langsung kesiapan lahan maupun kesiapan
masyarakat (pembudidaya),” jelas Safri Burhanuddin.
Pantauan Marrinnews.com, sesaat setelah tiba di Maluku
Tenggara, rombongan Kementerian bersama Bupati serta jajaran pimpinan OPD terkait
lingkup Pemkab Malra langsung menggelar rapat koordinasi di ruang rapat Kantor Bupati,
jalan Abraham Koedoeboen Langgur.
Setelah itu, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan
kunjungan ke lokasi budidaya dan Pabrik rumput
laut di kawasan Kecamatan Hoat Sorbay.
Mereka juga meninjau lokasi budidaya rumput laut di
Ohio atau Desa Letman dan Sathean, Kecamatan
Kei Kecil. Dalam kunjungan tersebut, tim menyempatkan waktu berbincang dengan warga
desa setempat terkait kondisi pengembangan rumput laut.
Direncanakan, hari ini Selasa (24/8/2021) Tim akan menyebrang
ke wilayah Pulau Kei Besar untuk mensurvey lokasi budidaya rumput laut yang ada
di wilayah itu. Mereka juga akan mengunjungi lokasi-lokasi wisata bahari.
Sesuai jadwal, tim akan berada di Kabupaten Maluku Tenggara hingga Kamis (26/8/2021). Pada hari terakhir nanti, tim Kementerian bersama Pemkab Malra akan membahas hasil survey tersebut.