![]() |
Rachmawati Soekarnoputri memimpin pertemuan Komite Regional Asia Pasifik untuk Reunifikasi Damai Korea (APRCPRK) di Jakarta, Oktober 2016. Sumber Foto: Teguh |
Reporter: Ghege Ngamel |
JAKARTA, Marrinnews.com - Putri Bung Karno,
Rachmawati Soekarnoputri, yang pagi tadi (Sabtu, 3/7/2021) meninggal dunia,
dikenal sebagai sosok yang memiliki perhatian dan kepedulian yang besar pada
sejumlah isu internasional.
Ia kerap menyuarakan protes terhadap praktik
neokolonialisme dan neoimperialisme yang masih terjadi di berbagai belahan
dunia seperti di Palestina, Afghanistan, Irak, Iran, Kuba, Venezuela, juga
Korea Utara.
Rachma juga merupakan salah seorang tokoh Reunifikasi
Semenanjung Korea. Di organisasi Komite Regional Asia Pasifik untuk Reunifikasi
Damai Korea (APRCPRK) bersama antara lain mantan Perdana Menteri Nepal Madhav
Kumar Nepal dan Walikota Sydney Peter Woods, putri Bung Karno ini duduk sebagai
Ketua Bersama.
Demikian dikatakan Direktur Informasi Publik
APRCPRK, Teguh Santosa, dalam keterangan pers yang diterima Marrinnews.com beberapa
saat lalu (Sabtu, 3/7).
Teguh mengungkapkan, kedekatan Rachma dengan
isu reunifikasi Korea berlangsung sejak lama. Pada tahun 2001 Rachma berkunjung
ke Pyongyang. Kunjungan itu kembali menghangatkan hubungan kedua negara yang
sempat redup di era Orde Baru.
Sepulang dari kunjungan tersebut, Rachma
mendirikan dan memimpin Perhimpunan Persahabatan Indonesia Korea Utara (PPIK)
yang berperan untuk memperkenalkan Korea Utara dan mempromosikan perdamaian di
Semenanjung Korea dan kawasan Asia Timur.
Posisi Ketua PPIK ditanggalkan Rachma di
tahun 2007 saat ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi anggota
Dewan Pertimbangan Presiden.
Sejak itu, PPIK dipimpin duet Ketua
Ristiyanto dan Sekjen Teguh Santosa, dan kini merupakan salah satu organisasi
yang paling aktif dalam mempromosikan perdamaian dan reunifikasi Korea.
“Ibu Rachma yang ikut mendorong agar skala
kampanye reunifikasi damai Semenanjung
Korea diperlebar hingga ke berbagai kawasan di dunia,” ujar Teguh Santosa
yang pernah menjabat sebagai Wakil Rektor UBK yang didirikan Rachma.
Teguh dikenal sebagai wartawan dan
akademisi yang kerap berkunjung ke Korea
Utara. Dia mengatakan, dua di antara kunjungan-kunjungan itu sebagai utusan
khusus Rachmawati.
Pertama di tahun 2003, Teguh mewakili Rachma
yang ketika itu berhalangan memenuhi undangan pemerintah Korea Utara karena
sedang mempersiapkan Partai Pelopor yang didirikannya untuk ikut dalam Pemilu
2004.
Lalu di tahun 2015, Teguh kembali menjadi
utusan khusus Rachma ke Pyongyang untuk menyerahkan Star of Sukarno Award yang
diberikan YPS kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Tropi dan sertifikat Star of Sukarno itu
diterima Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea, Kim Yong Nam, dalam
sebuah upacara resmi di Istana.
Menurut Teguh, kabar kepergian Rachma sangat
mengejutkan sahabat-sahabat Rachma di luar negeri maupun perwakilan negara
sahabat di Jakarta.
Sejumlah ucapan duka yang diterimanya untuk
disampaikan ke pihak keluarga antara lain berasal dari Dutabesar Rusia,
Lyudmila Vorobieva, lalu dari Dubes Kuba Tania Velazquez, Dubes Iran Mohammad
Azad, Dubes Radames Gomez, dan Dubes Korea Utara An Kwang Il.
“I have bitter feeling on demise of Ibu
Rachma. I reported the sad news to my country, and will follow the procedure
for the ceremony,” tulis Dubes An Kwang Il dalam pesannya kepada Teguh.
“I am very sorry to know that Ibu Rachmawati
passed away. Please accpet my most heartfelt condolences,” tulis Dubes Lyudmila
Vorobieva dalam pesannya.
“This bad news fills us with sadness,” tulis
Dubes Radames Gomez.
Sejarawan Greg Poulgrain yang sedang berada
di Brisbane, Australia, juga telah menyampaikan ucapan duka.
Dengan Greg Poulgrain, Rachma merancang
pembuatan film dokumenter mengeai Bung Karno. Rencana itu terhenti karena
pandemi Covid-19 yang merebak sejak akhir 2019.
“There is nobody but you to whom I can pass
on my concolences. I am so sorry to hear that Ibu Rachma passed away. Wow, a
real lady she was. What a life!” tulis Greg dalam pesannya.
Diketahui, Rachma menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, sekitar pukul 6.15 WIB, Sabtu (3/7). Putri dari pasangan Sukarno dan Fatmawati ini meninggal di usia 70 tahun. Rachma telah dimakamkan di Blok AA 1 Blad 7 TPU Karet Bivak, Jakarta, Sabtu siang.