Ilustrasi pembangunan sarana air bersih. FOTO/Istimewa |
Prioritas ini dipilih karena sampai sekarang, ohoi yang teletak di Kecamatan Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara ini mengalami kerawanan air bersih. Sumur air yang selama ini dimanfaatkan warga, dinilai tidak layak lagi untuk di konsumsi.
“Bagaimana mungkin kita mempersiapkan hal lainnya sementara air sebagai kebutuhan primer belum tersedia. Air adalah sumber kehidupan. Orang bisa menahan lapar seharian tapi tidak dengan air,” kata Indra kepada Marrinnews.com di Langgur, Senin (25/1/2021).
Menyikapi kondisi itu, Indra menegaskan bahwa program kerja tahun 2021 lebih diprioritaskan pada pengadaan fasilitas air bersih dan sanitasi. Tak terkecuali program pemberdayaan lainnya.
Hal ini tentu, tambah dia, menjadi sangat penting guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari.
Dalam proyek pembangunan sarana air bersih, Savsavubun menjelaskan, program ini merupakan program lanjutan dari pemanfaatan silpa dana desa tahun 2020 sebesar Rp. 314.000.000.
Dari besaran dana silpa itu, sebut dia, telah dimanfaatkan untuk pengadaan 1 unit mobil pick up, tanki air dan 2 unit mesin pompa air.
“Mobilnya sudah ada dan saat ini sementara masih di inreyen (masa penyesuaian komponen-komponen mesin mobil, red). Sambil menunggu proses itu, kami sedang mengerjakan penutup tanki air yang akan dipasangkan pada mobil tersebut,” ungkapnya.
“Sedangkan untuk dua mesin pompa air, satunya akan ditempatkan di sumber air dan berfungsi menyedot air ke penampungan pertama yang terletak disekitar sumber air. Selanjutnya mesin yang satunya lagi dikhususkan untuk memompa air ke profil-profil tank yang tersedia di setiap titik,” terangnya.
Sementara untuk pengadaan profil tanki air pada beberapa titik lokasi pemukiman warga, Indra menyebut, akan dibiayai melalui anggaran dana BUMO ohoi Madwaer yang masih tersimpan di Bank.
“Kita minta agar dana BUMO yang tersimpan di Bank dapat disiasati untuk membeli beberapa buah tanki profil yang nantinya ditempatkan di beberapa titik lokasi. Sehingga air yang dimuat dapat ditampung pada tanki-tanki tersebut,” ujarnya.
Menurut Indra, mobil air nantinya dikelola oleh pengurus BUMO/BUMDes Madwaer. Untuk itu, dirinya telah membentuk badan pengurus BUMO baru pada 17 Desember 2020. Mengingat masa jabatan pengurus lama telah berakhir.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, akan ada iuran bagi setiap kepala keluarga. Iuran itu dimaksudkan agar dapat menunjang kebutuhan biaya operasional, termasuk upah sopir mobil air.
Indra menegaskan, program penyediaan sarana air bersih di ohoi Madwaer merupakan program prioritas tahun 2020.
“Artinya bahwa dalam APBDes perubahan tahun kemarin, kita sudah menetapkannya dan tinggal kita mantapkan di tahun 2021 ini saja,” terangnya.
Koordinasi dan Kerja Sama
Target pembangunan sarana prasarana air bersih di ohoi Madwaer sebagaimana diharapkan kelak akan berhasil, tentunya perlu ada kerjasama berbagai pihak.
Untuk itu, Srikandi Ohoi Langgur ini telah berkoordinasi dengan pihak Balai Sungai Provinsi Maluku dan salah satu Anggota DPRD Maluku, Saudah Tuankotta.
“Saya sudah menghubungi Ibu Saudah dan Balai Sungai Provinsi Maluku, mereka pun menyanggupi permintaan saya untuk membantu proses pengadaan air bersih di ohoi Madwaer,” ungkapnya.
Indra mengaku, terkait proses pembangunan ini juga telah dibahasnya bersama masyarakat setempat. Lantas, katanya, masyarakat sangat antusias dan menerima hal itu. Meski tak dipungkiri juga bahwa sebelumnya ada pro dan kontra, namun masalah tersebut dapat teratasi.
Sumber Air
Indra mengatakan, terdapat tiga sumber mata air di ohoi Madwaer. Namun hanya dua sumber saja yang akan dimanfaatkan.
Ia menjelaskan, sumber air pertama merupakan peninggalan para tetua, yakni wear (air, red) Tangar. Letaknya kurang lebih 1 km dari pemukiman warga. Sumber air ini akan menjadi sumber utama.
Sedangkan sumber kedua, baru-baru ini ditemukan dan telah dilakukan pengoboran oleh Balai Sungai sedalam kurang lebih 57 meter. Kendati begitu, sumber mata air tersebut akan diproses ulang lantaran mengandung lumpur.
“Kemungkinan sumber mata air itu dibuat kembali sedalam 10 sampai 12 meter, karena di kedalaman itu saja airnya sudah sangat bagus bahkan debit airnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga tiap hari,” kata Indra.
Terkait hal itu, menurut Savsavubun, dirinya telah berkoodinasi dengan Balai Sungai guna melakukan pekerjaan lanjutan. Kendati demikian, pihak Balai Sungai meminta agar ada kesepakatan pelepasan lahan dari pihak pemilik lahan.
“Dengan adanya pelepasan lahan maka kemudian diahlikan untuk menjadi aset desa. Setelah itu barulah dibangun untuk menjadi kebutuhan bersama warga. Sumber air baru ini nantinuya dijadikan sebagai alternative, karena sumber pertama belum ada dilakukan kajian dan pengukuran debit air,” jelasnya.
Indra menyebut, pembiyaan pelepasan lahan akan menggunakan anggaran DD tahun 2021. “Kita usahakan supaya dana itu dimanfaatkan untuk pelepasan lahan,” ujarnya.
Sementara untuk perluasan jaringan perpipaan, akan ditanggulangi oleh Balai Sungai Provinsi Maluku.
“Balai sungai bersedia untuk membantu memfasilitasi pengadaan pipa air, mesin genset dan rumah mesin, termasuk blong penampung (profil tank),” bebernya.
Mantan Penjabat Ohoi Wab ini mengatakan, dirinya menginginkan agar setiap rumah warga dapat terpasang kran air. Kendati begitu, target tersebut terkendala anggaran sehingga prosesnya pun akan dilakukan secara bertahap.
“Saya menargetkan juga untuk pembangunan sarana pembuangan limbah sehingga tercipta kondisi lingkungan yang bersih dan nyaman di ohoi Madwaer,” tuturnya.
Indra menandaskan, tugas utama Penjabat Kepo adalah untuk memproses Kepala ohoi difinitif. Dengan begitu, tanggung jawab ini tetap akan dilakukannya, namun sementara itu juga proses pembangunan di ohoi Madwaer tak ia kesampingkan. (Ghege)