Marrin News

Dua Ohoi di Malra yang Bertikai Sepakat Damai, Berikut Kronologis Peristiwa

Bupati Maluku Tenggara, M. Thaher Hanubun memberikan arahan saat pelaksanaan deklarasi damai antar Ohoi Ohoira dan Ohoiren. FOTO/Dok. Gg

Langgur (Ohoira), Marrinnews.com - Pertikaian dua warga ohoi atau desa di wilayah Kecamatan Kei Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara-Provinsi Maluku, antara Ohoi Ohoiren dan Ohoira akhirnya bersepakat damai. 

Proses perdamaian dilakukan, Sabtu (23/1/2021) secara adat dan ditandai dengan pemancangan dua lela (sad sad) dari kedua ohoi pada tugu prasasti di pertengahan Ohoiren dan Ohoira. Terdapat juga 1 buah lela dari Pemda Malra yang diberikan Bupati Thaher Hanubun sebagai bentuk dukungan atas perdamaian tersebut. 

Selain prosesi adat, deklarasi damai saat itu juga dirangkai dengan pembacaan pernyataan sikap dan penandatanganan deklarasi oleh masing-masing perwakilan kedua desa yang bertikai, tokoh agama, Pemerintah dan perwakilan TNI/Polri.

Prosesi disaksikan langsung Bupati Maluku Tenggara Muhamad Thaher Hanubun beserta jajaran Pemerintahan, Pimpinan DPRD, Kepala Pengadilan Negeri Tual, Pimpinan TNI/Polri, tokoh agama, adat dan warga masyarakat setempat. 

Deklarasi Perdamaian abadi ini sendiri terlaksana atas koordinasi dan kerjasama pihak Pemerintah Daerah, Kecamatan, Ohoi, TNI/Polri serta tokoh adat dan masyarakat kedua ohoi. 

Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun dalam kesempatan itu, menyayangkan pertikaian yang terjadi antar dua ohoi tetangga ini. 

Bagi Bupati, pertikaian itu tak seharusnya ada. Pasalnya seperti diketahui, kehidupan warga dua ohoi ini sangat rukun dan damai sejak dahulu. Namun sayangnya, tatanan kehidupan itu harus ternodai oleh tindakan generasi saat ini. 

"Teten yan yanat im besa mut, it yan te i tal ub nus ain na fangnan ain. Teten ra ot ngarihi su n'tub fo nan batang harang it yan te manut ain mehe ni ngifun ne manut ain mehe ni tilur, te valbe kabo wan i. Woma El Elken (pusat kampung Ohoiren) hov woma Balvu Aha (pusat kampung Ohoira) ni sik sikat ni fangnan tek bo ra li'ik proses ler i,"

"Semua yang hadir saat ini, orang tua dan anak-anak, kita semua sejak kehidupan orang tetua dulu saling menyayangi. Orang tetua kita telah berbuat kebaikan itu untuk senantiasa menjaga dan melindungi kita semua sebagai satu keluarga dalam satu turunan, tapi mengapa. Woma El Elken dan Balvu Aha akan menjadi saksi atas proses hari ini," tutur Thaher. 

Sebagai bagian dari turunan keluarga Ohoi Ohoiren dan Ohoira, Hanubun berharap sembari meminta agar pertikaian yang telah terjadi ini takan terulang kembali di kemudian hari. 

"U her fe koko haran, yanang ubung ne ain kat ra mel bar dat dat i, bi hurak fe bub turan nisib tikab, o an be ne ya'a an be. Agam kabo nan rik,  tapi o rak ya'a i ne ya'a i rok o i. Ed bo u her fe im,  sad-sad ain ya'a u far dat fo nan tul fanian, famehe rok i famehe ne ub nus ban ti ti. Wahan nak ler i fo it yan te did hidup bahagia senang. Afa sisian ta fatuk nurang i ya ler i ban hirit i fo miran semer it batar hov ler i ban dat dat n'far kasih fe it besa. Kasih, kasih dan kasih,"

"Saya minta kepada generasi sekarang, anak cucu yang baru beranjak dewasa, tanyakanlah kepada orang tuamu, siapa kamu dan siapa saya. Agama lah yang memisahkan kita, tetapi sejatinya kamu adalah saya dan saya adalah kamu,"

" Jadi sekali lagi saya minta kepada semuanya, lela yang saya bawa hari ini akan menjadi bukti agar batas hari ini sampai turun temurun, kehidupan kita semua akan senantiasa bahagia. Buanglah semua kajian buruk hari ini bersamaan dengan akan tenggelamnya matahari dan biarlah esok pagi kita bangun bersama hidup baru yang penuh dengan cinta kasih bagi kita semua. Kasih, kasih dan kasih," ucap Thaher. 

Sementara itu, sebagaimana isi deklarasi damai yang dibacakan perwakilan dua Ohoi menyatakan bahwa kedua belah pihak telah bersepakat untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap manusia, barang, harta benda, provokasi, berita hoaks dan menjalani kembali hubungan ain ni ain sebagai orang bersaudara di Ohoi Ohoiren dan Ohoira. 

Menyerahkan sepenuhnya persoalan kriminal terhadap korban dari kedua Ohoi kepada pihak berwajib untuk penegakan hukum. 

Selanjutnya, dengan ditanamnya benda adat berupa lela sebagai cerita dan tanda (tom tad) dipertengahan kedua Ohoi ini melambangkan bahwa telah dilakukan perdamaian abadi diantara kedua Ohoi sampai turun temurun. 

Mereka juga menyatakan bahwa bagi anak-anak sekolah, mulai dari SD, SMP hingga SLTA yang melakukan tindakan mengganggu kamtibmas, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat, menjadi tanggung jawab orang tua, guru serta pemerintah Ohoi. 

Namun, apabila dikemudian hari ternyata tidak mengindahkan pembinaan orang tua, guru dan pemerintah Ohoi maka akan berurusan dengan pihak berwajib untuk penegakan hukum positif. 

Mulai hari ini, akses lalu lintas masuk keluar kedua ohoi normal kembali seperti sedia kala.  Dan apabila ada yang sengaja mencegah, menghalang atau tindakan lain yang menggangu kamtibamas kedua Ohoi maka akan menjadi tanggung jawab sendiri atau persoalan pribadi dan akan berurusan dengan pihak berwajib, dalam hal ini TNI/Polri.

"Pernyataan sikap perdamaian ini kami buat secara sadar tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dan apabila dikemudian hari ada salah satu pihak mengingkari isi pernyataan sikap perdamaian ini, maka yang bersangkutan akan berurusan dengan pihak berwajib," demikian isi Deklarasi damai tersebut. 

Pemancangan Lela sebagai simbol perdamaian antar Ohoi Ohoira dan Ohoiren. FOTO/Dok. CL

Pembacaan Deklarasi damai oleh perwakilan Ohoiren dan Ohoira. FOTO/Dok. CL

Di Balik Peristiwa 

Kepala Ohoi Ohoira Y. Renyaan mengungkapkan, awal mula pertikaian antar Ohoiren dan Ohoira dipicu oleh aksi kenakalan anak-anak sekolah di dua Ohoi itu. Permasalahan ini dperkirakan muncul sejak 8 Januari 2021.

Dimana, sebelumnya beberapa anak Ohoira dipalang dan dipukuli oleh anak Ohoiren. Tak terima dengan kejadian itu, berselang waktu kemudian ada  salah satu anak sekolahan dari Ohoiren mendapat perlakuan yang sama saat hendak membeli air galon di Ohoi Ohoira. 

Lantas, salah satu warga Ohoira (petugas medis berinisial AS) yang melihat kejadian itu langsung datang menolong dan membawa pergi anak Ohoiren tersebut. Sayangnya, saat tiba di rumah anak itu, AS malah dianiaya oleh sekelompok warga Ohoiren. 

"Pemukulan terhadap AS itulah kemudian memancing emosi dari keluarga AS dan warga Ohoi Ohoira, sehingga terjadilah pertikaian antar dua Ohoi ini," jelas Renyaan saat di wawancarai Marrinnews.com via telepon seluler, (Sabtu 23/1/2021) malam.

Lebih lanjut, Renyaan mengatakan, dirinya menyayangkan kejadian yang telah terjadi. Oleh karena bagi dia, masyarakat Ohoira dan Ohoiren berada dalam satu kesatuan jazirah pesisir yang tak berbatas "Ngur ain mehe ni sik sikat" (Ngur Tob Tai Bas). 

Untuk itu, Renyaan berharap, peristiwa ini kiranya menjadi pelajaran sehingga apapun masalah yang timbul di kedua ohoi sekiranya bisa diselesaikan dengan baik tanpa harus ada pertikaian sebagaimana telah terjadi. 

Terpisah, Camat Kei Kecil Barat, Joppie Rahajaan saat dihubungi via telepon seluler oleh media ini mengungkapkan hal yang sama. 

Menurut Rahajaan, atas peristiwa perkelahian antar anak sekolah maupun pemukulan terhadap AS, pihaknya bersama pemerintah dua Ohoi hendak memfasilitasi proses penyelesaiannya. 

Kendati demikian, hal tersebut tak dapat dilakukan akibat adanya penyerangan lain menggunakan senapan chis oleh orang tak dikenal dari arah Ohoi Ohoiren ke Ohoira dan mengenai satu warga Ohoira pada Kamis (14/1/2021) sore. 

"Kejadian inilah kemudian memicu konflik antar kedua Ohoi ini hingga pada Jumat (15/1/2021). Kondisi dua Ohoi pun kian memanas hingga akhirnya saya berkoordinasi dengan Kapolsek KKB untuk meminta bantuan pengamanan dari Polres dan Kodim serta Koramil," katanya. 

Ia menambahkan, setelah adanya pengamanan ketat dari pihak Kepolisian, Brimob dan TNI, kemudian dilakukanlah berbagai pertemuan antara berbagai pihak hingga adanya kesepakatan damai antar kedua ohoi. 

"Pertemuan terakhir itu hari Rabu (20/1/2021) di Kantor Camat. Di pertemuan inilah kemudian disepakati untuk tempat perdamaian dilangsungkan dilokasi dimana perkelahian itu terjadi. Puji Tuhan, akhirnya proses perdamaian itu dapat berlangsung dengan baik," katanya. 

Rahajaan menandaskan, kamtibmas adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat. Dengan begitu, ia berharap, masyarakat di wilayah Kei Kecil Barat senantiasa dapat menjaga kondisi kamtibmas tetap kondusif kedepannya. 

"Saya minta agar kejadian ini tidak terulang lagi dan begitu pula bagi ohoi-ohoi lainnya di wilayah ini agar tetap menjaga kamtibmas sehingga masyarakat dapat hidup rukun dan damai," pintanya. (Ghege) 

Baca Juga

Berita Populer

Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar