Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun Memberi Arahan Pada Acara Pembukaan Konferensi Cabang VI GMNI Malra di Ballroom Hotel Syafira, Sabtu (19/9/2020). Foto/Bagian Prokompin Malra. |
Langgur, Marrinnews.com – Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun membuka secara resmi konferensi cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Maluku Tenggara ke VI yang digelar di Ballroom Hotel Syafira, Sabtu (19/9/2020) malam.
Dalam sambutannya, Bupati Hanubun menyoroti eksistensi GMNI yang berlandaskan faham Nasionalisme dan Marhaenisme.
“GMNI dewasa ini diperhadapkan pada tantangan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai Ideologi pemersatu pluralitas bangsa, serta bagaimana mewujudkan wajah fisik organisasi yang mencirikan nasionalisme sejati dalam pemikiran kaum muda dan semangat Marhaenisme yang diajarkan Bapa, Guru dan Proklamator Bangsa kita, Soekarno,” kata Hanubun.
Hanubun menjelaskan, Marhaenisme mengusung faham yang mengedepankan kesederhanaan sebagai ciri kaum lemah yang termarjinal oleh kemajuan jaman. mengambil posisi sebagai mayoritas dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ditengah situasi dimaksud, tegas dia, GMNI perlu menyadari eksistensinya bahwa diperlukan suatu orientasi baru dalam melihat persoalan Bangsa dan Negara serta persoalan-persoalan kemanusiaan yang menuntut komitmen persatuan dalam kemajemukan.
“Orientasi baru tersebut menempatkan GMNI untuk berpikir jauh melebihi kelompoknya sendiri, sehingga dapat menjangkau seluruh bangsa dimasa kini dan masa yang akan datang,” jelasnya.
Mengutip kalimat yang dikatakan Presiden Soekarno, Negara ini, Republik Indonesia, bukan milik kelompok manapun, juga agama, atau kelompok etnis manapun, atau kelompok dengan adat dan tradisi apa pun, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.
Dibalik makna ungkapan Soekrano itu, Thaher nyatakan, Ia (Soekarno) mau mengatakan bahwa nasionalisme adalah sebuah kekuatan dahsyat yang akan membawa bangsa ini lebih bermartabat.
"Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Era Jas Merah itu adalah GMNI, Jas Merah itu adalah kita semua. Jas Merah itu adalah Marhaen dan Marhaenisme zaman now, harus mendapat sentuhan Iptek, sehingga ajaran Marhaenisme tidak akan lekang oleh zaman dan mampu bertahan di Revolusi Industri 4.0,” sebutnya.
Menurut Bupati, GMNI memerlukan kader-kacler organisasi yang tangguh, disiplin dan berdedikasi. Untuk itu, dirinya berharap, GMNI dapat lebih memperhatikan pembentukan karakter kader-kadernya sehingga benar-benar mampu melihat, menganalisa serta menyikapi tantangan bangsa dan daerah dalam menghadapi isu pluralisme.
“Semangat Marhaen adalah semangat ketulusan. Oleh karenanya, saya mengharapkan agar lewat konferensi ini dapat menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang akan berdampak pada penguatan kapasitas Organisasi demi kemajuan Maluku Tenggara,” pintanya.
Bupati Malra M. Thaher Hanubun Saat Membuka Konfrencab VI GMNI Maluku Tenggara di Ballroom Hotel Syafira, Sabtu (19/9/2020). Foto/Bagian Prokompin Malra. |
Dibalik Perjuangan MTH
Bupati menyatakan, Maluku Tenggara saat ini diperhadapkan pada tantangan politik identitas. Ciri politik itu, menurut Hanubun, memang penting. Meski demikian, katanya pula bahwa yang lebih penting lagi adalah politik yang santun, bermartabat, saling menghargai dan menopang kemaslahatan banyak orang.
“Kehadiran saya hari ini hendak mengatakan bahwa, kita adalah satu. Satu bahasa dan suku, sekalipun berbeda agama. Anda ke Gereja, saya Ke Masjid, tapi kita semua berpijak di tanah yang sama, yakni Tanah Evav. Kita Satu Evav, Evav untuk kita semua," tegasnya.
Lebih lanjut, Bupati ungkap, sebagaimana dikatakan Presiden Soekarno ‘Jikalau aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan aku persembahkan kepada tanah air dan bangsa’.
Lantas, Hanubun akui, ungkapan Soekarno itu juga telah dilakukannya selama kurang lebih 20 tahun. Selama kurun waktu tersebut, ia terus berjuang.
“Perjuangan tersebut bukan untuk mendapatkan kekuasaan semata. Melainkan lebih dari itu untuk membuktikan kepada semua orang bahwa seluruh hidup saya, saya persembahkan untuk Larvul Ngabal yang saya cintai," katanya.
“Dibalik semua perjuangan itu saya ingin menciptakan keadilan dan pemerataan. Dimana terlebih khusus, masyarakat Kei Besar harus merasakan hal yang sama sebagaimana yang telah dirasakan oleh masyarakat Kei Kecil. Itu tujuan hidup saya, sehingga apapun akan saya pertaruhkan untuk Evav tercinta,” tandas Hanubun. (Gerryngamel/MN).