Panen Raya Rumput Laut (Foto : GG) |
“Total jumlah penduduk di ohoi Arso sebanyak 120 jiwa dan terdiri dari 28 kepala keluarga (KK). Dari jumlah KK yang ada semuanya melakukan usaha budidaya rumput laut,” ungkap Raubun di ohoi Arso, Kamis (18/6/2020).
Menurut Sugiyono, hasil rumput laut yang siap dipanen pada musim panen raya kali ini sebanyak 45 long line, dengan jumlah produksi mencapai kurang lebih 8.000 - 10.000 kilogram. Sementara untuk hasil produksi setiap bulannya mencapai 30-35 ton rumput laut basah.
Lebih lanjut ia mengatakan, pendapatan tertinggi masyarakat ohoi Arso per bulannya dari hasil rumput laut, sebesar Rp. 6 Juta. Sedangkan, nilai terendah sebesar Rp. 1,5 Juta.
Raubun menyebut, usaha budidaya rumput laut di ohoi Arso sangat berdampak positif bagi kelangsungan perekonomian masyarakat setempat sehari-harinya. Buktinya, dari hasil tersebut telah mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka sampai ke tingkat Perguruan Tinggi.
“Ada juga dari masyarakat dengan hasil rumput laut ini sudah membangun aset, berupa rumah kost di wilayah kota Langgur. Beli kendaraan angkutan darat sendiri serta kebutuhan rumah tangga lainnya,” bebernya.
Raubun menegaskan, aktifitas budidaya rumput laut di ohoi Arso selama ini difasilitasi dan didampingi oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara melalui Dinas Perikanan.
“Pendampingan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2006 sampai sekarang,” terangnya.
Sugi (sapaan akrab) mengaku, sejauh ini masyarakat ohoi Arso memproduksi bibit rumput laut. Produksi itu kemudian didistribusikan, baik untuk daerah Malra sendiri maupun ke luar daerah, seperti Kota Tual, Fak-Fak, dan Kaimana serta Dobo.
Pemanfaatan Teluk Hoat Sorbay
Kepala Dinas Perikanan Malra Nicodemus Ubro (Foto:GG) |
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Maluku Tenggara Nicodemus Ubro menyatakan, luas area budidaya rumput laut di kawasan teluk Hoat Sorbay mencapai kurang lebih 300 hektar.
"Jika setiap ohoi di kawasan ini rata-rata memiliki luas lahan sebesar 40 hektar, maka 40 hk dikalikan 20 ton, total 80 ton rumput laut basah yang bisa dihasilkan dari luas lahan tersebut. Dan apabila diproduksi lebih efektif, maka sebanyak 8 ton kering bisa didapat per bulannya” jelas Ubro kepada awak media di ohoi Arso, Kamis, (18/6/2020).
Ubro mengungkapkan, dalam upaya pengembangan ketahanan ekonomi daerah, rumput laut bisa menjadi salah satu komoditi andalan pendapatan asli daerah.
“Kedepan, komoditi rumput laut sangat bisa untuk menjadi sektor andalan yang berdaya saing bagi Maluku Tenggara,” ujarnya.
Menurut Ubro, kualitas produksi rumput laut di kawasan Hoat Sorbay dinilai cukup baik di tingkat nasional.
“Masyarakat di Hoat Sorbay sangat aktif dalam memproduksi rumput laut dengan luas lahan kurang lebih 300 hektar. Dengan besaran luas lahan itu, kawasan teluk ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan daya produksi rumput laut, sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekaligus bagi daerah,” katanya.
Ubro menegaskan, peningkatan ekonomi melalui pemanfaatan hasil alam yang dimiliki teluk Hoat Sorbay tak serta merta diperoleh begitu saja. Melainkan butuh sinergitas dari semua pihak guna menjadikan teluk ini sebagai prioritas pembangunan ekonomi.
“Di kawasan ini, bukan hanya ada rumput laut saja, tapi juga kepiting bakau serta pesona alamnya yang bisa dijadikan sebagai eko wisata. Tentu dengan kekayaan alam yang dimiliki ini, teluk Hoat Sorbay bisa memberikan nilai kehidupan lebih bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya. (Gerry Ngamel)
Editor : Ridwan Kalengkongan