Pitjon Tomatala Dosen sekaligus Peneliti Teripang Pada Kampus Politeknik Perikanan Negeri Tual saat pemeliharaan Larva Teripang |
Tual, Marrinnews.com.-Teripang di Kepulauan Kei sudah
terkenal di dunia internasional sejak abad ke 18. Pada tahun 1850, teripang di
Kepulauan Kei sudah dieksport ke Cina sebanyak 35 ton (catatan VOC / Vereenigde Oostindische Compagnie) hingga sekarang,
teripang masih menjadi komoditi primadona yang diperdagangkan di Kepulauan Kei.
Hasil wawancara dengan beberapa nelayan dan pengumpul
teripang, diketahui bahwa teripang kering yang dijual ke luar daerah sebanyak 1 – 2 ton per bulan, Jumlah tersebut telah
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Selain
itu, saat ini untuk mengumpulkan teripang dalam
jumlah yang maksimal, harus melalui penyelaman menggunakan kompresor
hingga kedalaman 30 meter. Kondisi ini tentunya mengkuatirkan bagi kelestarian
teripang yang ada di Kepulauan Kei.
Ditempat Terpisah Dosen Politeknik Perikanan Negeri Tual sekaligus
Peneliti Teripang Pitjon Tomatala mengatakan Kepulauan Kei Sebagai Lumbung
Teripang Nasional akan terwujud apabila Pemerintah ke dua daerah diantaranya Kabupaten
Maluku Tenggara dan Kota Tual berperan aktif mendorong masyarakat
membudidayakan teripang dan menerapkan SASI
( larangan mengambil hasil secara adat) bagi hasil
Laut khusus untuk teripang.
Memijahkan (Mengawinkan) Teripang |
Penerapan SASI Laut khusus untuk teripang merupakan solusi
terbaik dalam memanfaatkan garis pantai guna menghasilkan teripang dengan
jumlah besar. Jika 60 % dari garis pantai Kepulauan Kei (589,47 km) dijadikan
areal yang diSASI dan dimasukkan puluhan ribu benih teripang pertahun ke dalam
areal yang diSASI, maka beberapa tahun kedepan bisa dihasilkan teripang kering
sebanyak 200 – 295 Ton.
Di pasar lokal, 1 kg teripang kering seharga Rp. 600.000,
maka masyarakat pesisir pantai dapat memperoleh uang sebanyak 120 – 150 miliar
dari hasil SASI. Satu siklus pembenihan dapat menghasilkan ribuan anakan
(benih) teripang. sedangkan dalam setahun dapat dilakukan 3 - 4 kali siklus
pembenihan. Contoh nyata manfaat penerapan SASI Laut yang dipadukan dengan
penebaran ratusan benih teripang yaitu desa Taar dimana pada tahun 2018
masyarakat desa Taar dapat meraut ± Rp. 350.000.000 dari hasil SASI teripang di
Teluk Un.
Penerapan SASI Laut akan lebih efektif bila dikolaborasi
dengan penebaran benih teripang hasil pembenihan / pembibitan. Dengan menebaran
benih pada perairan yang diSASI akan menjamin ketersedian teripang pada
perairan yang diSASI sehingga memperpendek usia (waktu) penerapan SASI dari 3 –
4 tahun menjadi 1 – 2 tahun.
Di Indonesia, Pembenihan / pembibitan teripang yang telah
berhasil dilaksanakan hanya terbatas pada : Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung, Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
(BBRBLPP) Bali, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesai (LIPI) Lombok dan Politeknik
Perikanan Negeri Tual (POLIKANT).
Kemampuan membenihkan / membibitkan benih teripang, Kondisi
perairan yang ideal untuk teripang dan Kearifan Lokal (SASI) yang dimiliki
menjadi kekuatan dan keunggulan Kepulauan Kei menjadi Lumbung Teripang
Nasional. (MN_86)
Editor : Ridwan Kalengkongan