Kur,
Marrinnews.com.-Semangat menanam,
baik untuk tanaman umur panjang maupun untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari
sejenis hortikultura (sayur-sayuran) menjadi materi pokok yang ditangkap oleh
Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) di
Kecamatan Pulau-Pulau Kur Kota Tual. Di Desa Lokwirin misalnya, usaha perkebunan sayur
milik salah satu warga yang sudah memberi hasil sangat memadai. Memang tidak
mudah mengusahakan kebun sayur-mayur di lahan tanah karang, tetapi bukan
berarti hal itu mustahil di lakukan. Dengan upaya serius dan terus melakukan
terobosan-terobosan, Nurfian Suat salah satu warga berhasil mengubah lahan kritis yang sulit ditanami
sayur-sayuran menjadi sepetak kebun yang memberi penghasilan mingguan.
Terlihat dari kebun seluas 150 m2 bisa memberi penghasilan
sampingan yang memadai. Di kebunnya, Fian membuat 44 bedeng yang ditanami
kubis, kangkung, bayam, dan kacang panjang. Dari sebuah bedeng sepanjang 12
meter yang ditanami kangkung bisa memberi penghasilan sebesar Rp. 350.000, satu
siklus tanam dan perawatan tanah selama 30 hari. Jika musim dan cuaca sangat bersahabat, kebunnya bisa
menghasilkan Rp. 1.000.000 tiap minggu.
![]() |
Nurvian Warga Desa Lokwirin saat menggarap kebunya |
Menurut
Fian, di Lokwirin kegiatan berkebun masih kurang diminati. Selain karena proses
pengolahan tanahnya cukup berat, masyarakat juga tidak melihat sebagai mata
pencaharian yang menguntungkan.
“Orang
di sini lebih suka hasil yang besar dan cepat. Padahal kalau dilihat lebih jauh
hasil dari kebun ini kalau dikumpulkan sudah sangat memadai.”
Ujarnya.
Sepertinya
perbedaan persepsi siklus produksi menjadi kendala serius bagi warga untuk
menekuni bidang budidaya sayuran. Hal menarik kedua di Lokwirin adalah keinginan untuk
melakukan penanaman pohon produktif umur pendek. Ada dua alasan mengapa
keinginan ini berkembang; pertama, tingkat kebutuhan kayu masyarakat semakin
meningkat, sementara kemampuan suplay tidak memadai. Akibatnya warga banyak
merambah wilayah hutan. Pohon Sukun tua banyak ditebangi, sementara kayu
Langgua semakin susah didapat. Dari beberapa kali diskusi dapat ditangkap satu
keinginan untuk merancang sebuah program penanaman massal khusus untuk pohon
usia pendek (sejenis sengon, kayu putih, dll).
Mereka
menyontohkan kayu Bawang Hutan di Tayando yang bagus untuk dibuat perabot.
Pohon ini tumbuh cepat, usia 5 tahun sudah bisa ditebang untuk dibuat perabot.
Mereka ingin gerakan menanam pohon menjadi program desa dan bisa dilaksanakan
secepat mungkin.
“Jika
kita sepakat dan mau memulai dari kebun masing-masing pasti pemerintah desa
mendukung dengan menyiapkan lahan yang lebih luas.”
Jelasnya.
Sepertinya
keinginan ini cukup serius dan akan segera direalisasi. Gagasan yang mereka
dapatkan dari Bursa Inovasi Desa sudah disepakati masuk ke program desa untuk
dilaksanakan tahun depan. Ada peluang sangat menjanjikan di masa depan apabila
Lokwirin melakukan gerakan ini karena tingkat kebutuhan kayu yang meningkat
sementara di desa-desa lainnya lebih fokus pada tanaman kenari dan pala.
Sehingga Lokwirin bisa menjadi penyedia kebutuhan kayu, selain suplay dari luar
untuk kebutuhan kayu primer.
Oleh Nurvian Suad.
Penulis Adalah Tim Pendamping Inovasi
Desa (TPID) Kecamatan PP Kur.
Editor : Ridwan Kalengkongan