Marrin News

Kondisi Terkini Tiga Putri Kei Korban Ledakan Bom di Makassar "Tegar di Balik Rasa"

Kondisi terkini korban ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar saat diwawancarai Marrinnews.com. Karina Dimayu (kiri), Valeria Selitubun (tengah) dan Adelina Selitubun (kanan). Dok: Video Call Via WhtasApp. 

Penulis: Ghege Ngamel | Editor: Ghege

Langgur, Marrinnews.com - Kondisi tiga Putri Kepulauan Kei yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021) pagi sekitar pukul 10.28 WITA, kini berangsur membaik. 

Terhitung sejak peristiwa tersebut hingga saat ini, kurang lebih 23 hari sudah mereka menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Berbagai tindakan medis menyertai proses penyembuhan ketiga Nen Dit ini. Mereka telah dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

Marrinnews.com berkesempatan mewawancarai langsung Valeria Selitubun (22), Katarina Dimayu (19) dan Adelina Selitubun (25) via video WhatsApp secara terpisah pada Minggu, (18/4). 

Sendy, sapaan akrab Valeria Selitubun menyebut kondisi kesehatan hingga luka bakar akibat terjangan hawa bom, sudah mengalami cukup perubahan. 

Namun begitu, Putri pertama dari pasangan Thadeus Selitubun dan Maria Setitit ini mengaku masih merasa kesakitan pada bagian dada pasca menjalani operasi beberapa waktu lalu.  Begitu juga dengan luka bakar di bagian tangan. 

"Keadaan sekarang agak membaik, cuman dada masih rasa sakit karena bekas operasi. Tangan juga masih rasa sakit karena lukanya cukup parah," ungkap Mahasiswa semester akhir pada STIK Stella Maris Makassar itu. 

Menurut Sendy, ia masih akan kembali mendapat penanganan tindakan pembedahan di ruang operasi. "Masih tunggu informasi dari dokter, kemungkinan masih dua atau tiga kali untuk pembersihan luka," ujar dia. 

Sendy mengalami luka bakar pada bagian wajah, leher, tangan kiri dan kanan, juga di pergelangan kaki bagian kanan. Sedangkan bagian tubuh yang terkena serpihan bom adalah area dada sebelah kanan, dan paha kiri maupun kanan. 

Menurut informasi dari dokter yang mengoperasi Sendy, serpihan bom yang mengenai dada Sendy sedalam sekitar 5 cm. Sedangkan di bagian paha sekitar 2 cm. Serpihan-serpihan tersebut telah dikeluarkan melalui serangkaian proses operasi. 

"Mungkin karena kedalaman dari luka-luka  itu sehingga biasanya kalau beta (saya) duduk agak terasa berat," ungkap Gadis kelahiran Ohoi Rumaat ini. 

Walau dengan kondisi seperti itu, Sendy mengaku bahwa  dirinya sudah bisa beranjak dari tempat tidur. "Puji Tuhan masih bisa berdiri sedikit-sedikit dan berjalan ke kamar mandi," tutur dia. 

Selain Sendy, Karina Dimayu juga mengalami luka bakar pada bagian wajah, leher, dan tangan serta kaki. 

Saat diwawancarai, Karina tak banyak mengemukakan tentang kondisi luka yang didapatkannya. Ia hanya mengaku kalau masih merasa sakit pada bagian kaki. "Ia masih rasa sakit sedikit di bagian kaki," ucap Gadis blasteran Kei-Ternate ini. 

Sementara Adelina Selitubun yang juga turut menjadi korban dalam tragedi Minggu Palma itu menuturkan bahwa kondisi luka bakar yang dialaminya kini sudah berangsur membaik. 

"Pertama kali masuk rumah sakit itu katong (kami, red) pung muka semua kena bom jadi kelihatan hitam, bengkak seng (tidak, red) baik sekalisekali. Beberapa hari lalu, perawat dong baru lepas perban ini jadi katong baru bisa liat katong pung muka ini kaka," 

Lina, sapaan Adelina Selitubun mengalami luka bakar di bagian wajah, pergelangan kaki dan tangan kiri kanan serta di kedua sisi bahu. Akibat luka-luka bakar tersebut, ia harus menjalani serangkaian tindakan pembedahan. 

Tindakan operasi bagi Lina sudah dilakukan dan kini sebagian parban yang membalut luka di tubuhnya sudah dilepas. 

"Parban saparuh su buka kaka. Luka di bahu juga su kering. Tapi kaki sebelah kiri ini sa yang masih pake parban," sebut Lina. 

Lina belum diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur lantaran luka bakar dibagian pergelangan kaki sebelah kiri belum mengering dan masih terbalut parban. Lantas Ia hanya bisa bangun dan duduk di tempat tidur saja. 

"Dokter belum kase (beri, red) izin beta (saya, red) turun bajalan. Takutnya nanti luka ini akan tabuka lai jadi beta sekarang cuman bisa tidur dan kalu su rasa tulang belakang panas, beta bangun duduk lai. Sekarang, hanya bisa begitu sa," jelas dia. 

Trauma dan Cemas

Peristiwa naas ditengah perayaan Minggu Palma tersebut meninggalkan tekanan psikis dan phobia bagi Lina dan Karina. 

Bagaimana tidak, anak gadis dari pasangan Arnolda Yampormase dan Ambrosius Selitubun (alm) ini mengungkapkan bahwa hingga kini ia  masih merasa trauma bila mengingat kejadian naas yang turut menimpanya itu. 

Bahkan, Lina terkadang merasa khawatir dan cemas kalau berada sendiri di kamar rumah sakit.

"Kadang-kadang beta masih rasa takut, kaka. Beta baru alami hal yang kaya begini, apalagi beta baru pertama kali injak kaki di kota besar seperti ini. Beta takut, trauma kaka," kata Lina. 

Meski demikian, Lina tak mau larut dalam ketakutan yang menghimpitnya. Ia mencoba untuk tegar dan melawan tekanan tersebut. Hal itu Lina lakukan untuk tidak merepotkan sang Kakak. 

"Beta selalu berusaha supaya seng terhanyut dalam ketakutan karena kalau Beta takut nanti bisa bikin beta sakit ka apa begitu. Kalau beta sakit, nanti beta pung kaka bagi diri bagaimana, mau liat beta atau mama. Apalagi katong sekarang di orang pung gunung tanah nijadi beta kase kuat diri sa," ujar Lina. 

Perasaan serupa juga dialami Karina Dimayu. Ia mengaku masih trauma apabila mengenang kembali kejadian yang menimpa mereka. "Masih sedikit rasa takut," ujar Mahasiswi semester II pada STIK Stella Maris itu. 

Berbeda dengan Lina dan Karina, Sendy tak merasa trauma dengan kejadian ledakan tersebut. Bagi dia, kestabilan psikis itu dimungkinkan karena profesi medis yang ditekuninya. 

"Puji Tuhan, sampai sekarang ini Beta seng rasa trauma. Mungkin faktor pertama karena saya pung profesi sebagai perawat juga. Apalagi saya su pernah dinas dan turun praktek dibeberapa rumah sakit jadi waktu lihat potongan daging itu, beta rasa biasa saja, seng trauma," tutur Sendy. 

Dapat Perawatan Khusus 

Selama menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, baik Sendy  maupun Lina dan Katarina mendapat perhatian serius dari petugas medis, baik dokter maupun perawat. Mereka ditempatkan terpisah di kamar VIP. 

Ketiga putri ini dilayani secara baik oleh para tenaga medis, mulai dari makan, minum, ganti pakaian hingga membuang kotoran mereka. 

"Perawat-Perawat dan Dokter disini (RS. Bhayangkara Makasar) rawat katong paling bagus sekali, dong (mereka para Perawat, red) paling perhatian par katong. Apalagi saat dong bicara deng katong, paling halus, seng tau bamarah," ucap Lina. 

Hal yang sama juga disampaikan Sendy dan Karina. Mereka terkesan dengan pelayanan dari para tenaga medis di Rumah Sakit tersebut. 

"Ia, katong disini dapat rawat dengan sangat baik. Ada mama juga yang selalu temani katong," kata Sendy dan Karina. 

Biaya penindakan medis hingga pemulihan terhadap korban ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar, ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Republik Indonesia. 

"Ia kaka, biaya selama katong di rumah sakit hingga nanti pemulihan ini Pemerintah yang tanggung. Palingan kalau katong mau makan apa ka apa begitu baru pake uang sendiri, itu juga seng setiap saat karena katong harus jaga kesehatan jadi makan sesuai petunjuk dokter," jelas mereka. 

Tegar di Balik Kesedihan

Tak seperti Karina dan Sendy yang selalu ditemani bunda mereka. Situasi berbeda pastinya sangat dirasakan Lina. 

Ditengah  kondisi Lina saat ini, Ibunda Lina juga tengah menjalani perawatan di ruang IGD Rumah Sakit Wahidin Makassar. Ia terlihat tegar, namun sejatinya ia dirundung kesedihan. 

Lina sesekali terlihat meneteskan air mata saat menceritakan kisah yang dialaminya maupun kondisi ibu yang sedang menanti tindakan operasi. 

Lina menuturkan, ia bersama ibu dan kakaknya tiba di Makassar pada tanggal 3 Maret 2021. Keberadaan mereka di negeri Daeng ini untuk memeriksakan kondisi kesehatan dari sang Bunda. 

Namun takdir berkata lain, Lina terperangkap dalam kesakitan luka bakar akibat hawa ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar. Tujuan kedatangannya pun untuk sementara harus ia tinggalkan

Lantas sejak dirawat di rumah sakit, Lina hanya ditemani oleh kakaknya. Walau begitu, sang kakak tak bisa sehari penuh menemani Lina karena harus menemani sang Ibu. Lina sesekali juga dijenguk oleh kerabat. 

"Ya, kakak palingan datang liat sebentar saja habis itu balik lagi pi liat mama. Jadi untuk jaga beta satu hari penuh itu seng bisa," kata Lina berurai air mata. 

Mohon Doa 

Ketiga putri ini meminta doa dari seluruh masyarakat Kepulauan Kei untuk kesembuhan mereka. Bagi mereka, pelayanan medis sudah sangat maksimal diberikan. Sehingga yang terpenting saat ini adalah doa dari keluarga dan semua pihak. 

"Kami mohon doa dari keluarga semua yang ada di tanah Kei. Kami ingin sekali cepat pulih supaya bisa kembali menjalankan aktifitas perkuliahan," pinta Sendy dan Karina. 

Sementara Lina mengaku ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit agar bisa kembali merawat sang Ibu. 

"Mohon doa dari semua masyarakat Kei. Doakan beta supaya bisa cepat sembuh dan beta bisa rawat mama. Kalau beta deng mama su sembuh, katong pasti langsung pulang. Beta su rindu tanah Kei," ucap Lina sembari menetaskan air mata. 

Baca Juga

Berita Populer

Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar