Marrin News

Sepak Terjang Komunitas GKC "Tidak Untuk Ditunggangi dan Menunggangi"

Lambang Komunitas Gerakan Kei Cerdas (GKC). FOTO/Dok. : GKC
Langgur, Marrinnews.com - Komunitas Gerakan Kei Cerdas (GKC) merupakan suatu komunitas berbasis pelayanan terhadap pendidikan karakter anak usia dini di wilayah Kepulauan Kei. 

Komunitas ini didirikan pada tanggal 26 Mei 2017 oleh sekelompok pemuda-pemudi Evav (Kei) dan berkedudukan di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara-Provinsi Maluku. 

Dasar dari pendirian komunitas ini sendiri mengacu pada dinamika dunia pendidikan anak usia dini di era modernisasi. 

Dalam situasi itu GKC menilai, anak-anak telah terkontaminasi oleh perkembangan teknologi modern. Dimana anak-anak sekarang lebih banyak menghabiskan waktu bermain game online atau menonton pada handphone Android, ketimbang belajar dan membaca buku pelajaran maupun memainkan permainan tradisional. 

Disisi lain, ketika anak-anak berada di sekolah, mereka lebih banyak dituntut untuk mengejar nilai tinggi disetiap mata pelajaran. Sementara pendidikan karakter yang harusnya dibentuk sebagaimana tuntutan kurikulum, terabaikan. 

Akibatnya, perilaku seorang anak terkadang acuh tak acuh dan bertentangan dengan norma-norma, baik saat berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial. 

Dengan mangacu pada dinamika tersebut, GKC lantas hadir dengan mengusung visi "Non Scolae Sed Vitae Discimus" (Kita belajar bukan untuk nilai-nilai sekolah namun untuk kehidupan). 

Sedangkan misi GKC adalah Kei membaca, Kei kreativitas dan Kei mengajar serta Kei berbudaya. 

"Kei membaca, artinya bahwa GKC hadir sebagai solusi peningkatan kemampuan literasi masyarakat Kei terutama anak-anak melalui pengembangan perpustakaan, penyaluran buku bacaan untuk anak, dan peningkatan kapasitas pengelolah perpustakaan," jelas Koordinator Umum Komunitas GKC, Gregorius Jeujanan kepada Marrinnews.com, Senin (8/1/2021) di Langgur. 

Untuk misi Kei kreativitas, kata Koko sapaan akrab Gregorius, GKC memprioritaskan program pengembangan jiwa kreativitas anak-anak melalui berbagai permainan yang dapat mengasah kereativitas berpikir dan motorik anak.

Sementara dalam misi Kei mengajar, GKC hadir untuk membantu mengisi kekurangan guru, menyalurkan tenaga relawan untuk mengajar melalui program mengajar dengan metode bermain.

Misi Kei berbudaya, disini GKC memfasilitasi pendalaman budaya bagi anak-anak, yang terkait dengan tatanan nilai adat masyarakat Kei, bahasa serta tradisi.

"Dengan landasan visi misi yang saya sebutkan itu maka tujuan dari adanya GKC ini sendiri untuk menjadi sebuah wadah aspirasi bagi masyarakat guna memfasilitasi keluhan atau ketidakpuasan dalam hal pelayanan pendidikan. Juga untuak menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dan pusat pembelajaran terpadu guna mendukung visi dan misi," ungkap Koko. 

Aksi Sosial GKC di Ohoi Ur Pulau, Kecamatan Kei Kecil Barat-Kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu-Minggu (30-31/1/2021). FOTO/Dok. : GKC

Berjuang demi Generasi Kei

Dalam kurun waktu kurang lebih 4 tahun ini, komunitas yang beranggotakan kurang lebih 13 orang anak muda Evav ini telah melakukan berbagai aksi nyata, berupa pengajaran pendidikan maupun aksi sosial kemasyarakatan. 

Program GKC ini tidak hanya dilakukan di wilayah Maluku Tenggara, melainkan di seantero wilayah Kepulauan Kei, termasuk wilayah adminstratif Kota Tual. 

Semuanya itu dilakukan GKC semata-mata demi memperjuangkan kepribadian dan mentalitas generasi Kei yang berasaskan Pancasila dan adat-istiadat. 

Kegiatan-kegiatan tersebut, diantaranya festival pendidikan di ohoi atau desa Ohoira, Kecamatan Kei Kecil Barat-Kabupaten Maluku Tenggara. Kegiatan belajar dan bermain di Ohoi Bombay, Ohoitom dan Dusun Duroa-Kota Tual. 

Selanjutnya, penyaluran bantuan pendidikan di Ohoi Ngufit, Kecamatan Kei Besar Tengah. Festival permainan tradisional di SD Naskat Ngadi, Kota Tual. Kegiatan peringatan hari Pancasila dan 17 Agustus tahun 2020 di Dusun Duroa, Kota Tual. 

Selain itu, baru-baru ini GKC menggelar kegiatan sosialisasi protokol kesehatan COVID-19 dan perilaku hidup sehat serta penanganan sampah plastik bagi anak-anak dan masyarakat di Ohoi Ur Pulau, Kecamatan Kei Kecil Barat. 

"Dalam program ini, kami membagikan masker kain kurang lebih 500 buah bagi masyarakat setempat dan peralatan sikat gigi kepada kurang lebih 150 anak, " sebut Koko. 

"Sedangkan untuk penanganan sampah plastik, kami bersama-sama masyarakat memilih dan membakar sampah-sampah plastik yang bertaburan di dalam ohoi dan sepanjang pantai Ur Pulau," imbuh dia. 

Salah satu bentuk kegiatan pada sekolah binaan GKC yang berlokasi di Re Vat Wahana. FOTO/Dok. : GKC

Koko menambahkan, selain program kegiatan-kegiatan tersebut, GKC telah membentuk sekolah binaan bagi anak-anak usia dini yang berlokasi di Re Vat Wahan, Perumnas-Ohoijang, Kabupaten Maluku Tenggara. 

Proses belajar di sekolah ala GKC ini tidak dilakukan di dalam ruangan, tetapi di luar ruangan. Dimana setiap anak yang belajar hanya duduk diatas jalan hotmiks yang tidak dilalui kendaraan. 

Lewat sekolah binaan GKC, Koko dan kawan-kawan memberikan pendidikan, seperti pengenalan huruf, berhitung dan kreatifitas seni lukis, ukir dan musik perkusi dengan memanfaatkan sampah-sampah plastik untuk anak-anak binaan mereka. 

"Ini sebagai salah satu bentuk kepedulian kami terhadap perkembangan kreativitas generasi muda Kei, sekaligus pelestarian lingkungan hidup terhadap permasalahan sampah plastik, " jelas Koko. 

Menurut pemuda asal Ohoi Bombay ini, kegiatan yang dijalankan GKC ditopang dengan dana swadaya dari anggota komunitas ini sendiri. Meski begitu, ia tak memungkiri bahwa kegiatan GKC juga turut ditopang oleh beberapa donatur, baik di dalam daerah maupun di luar daerah.

Kegiatan GKC bersama masyarakat Ohoi Duroa, Kota Tual menjelang HUT Proklamasi RI tahun 2020. FOTO/Dok. : GKC
Milik Generasi Kei

Sebagaimana termuat dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga GKC, status komunitas yang satu ini bersifat independen dan tidak berafiliasi dengan organisasi lainnya. 

"GKC merupakan organisasi yang menghimpun anggotanya untuk peduli terhadap segala bentuk pendidikan, baik yang berbentuk formal, non formal maupun informal," kata Koko. 

Sementara dalam hubungan kemitraannya, GKC membangun kerjasama dengan Pemerintah Daerah Maluku Tenggara dan Kota Tual, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Dinas terkait lainnya. Selain itu, juga dengan Komisi II DPRD Maluku Tenggara serta organisasi atau komunitas berbasis kemasyarakatan. 

Kendati demikian, Koko menegaskan bahwa eksistensi GKC tidak untuk ditunggangi maupun menunggangi kepentingan suatu organisasi politik ataupun individual. Sebab komunitas ini didirikan untuk melayani kepentingan dunia pendidikan anak usia dini. 

"GKC adalah milik semua adik-adik yang ada di tanah Kei ini, bukan milik organisasi manapun. Jadi GKC tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat mementingkan kepentingan individu maupun kelompok politik praktis. GKC hadir bukan untuk ditunggangi dan menunggangi," kata dia. 

Jeujanan menandaskan, prinsip GKC dalam kiprahnya untuk memajukan tanah Kei, tidak menjadikan uang sebagai pelicin setiap rutinitas yang dijalankan. Melainkan, didasarkan pada keikhlasan dan ketulusan hati bagi setiap mereka (anak-anak) yang membutuhkan. (Ghege) 

Baca Juga

Berita Populer

Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar