Potret Taman Idul Fitri 1443 Hijriah di Kawasan Pemukiman Warga Kristen, Lingkungan Sinar Pagi Kelurahan Lodar El yang dibangun oleh Komunitas Pemuda Sinar Pagi. Sumber foto: Gerry Ngamel |
Penulis |
Editor: Gerry Ngamel
TUAL, MARRINNEWS.com – Hari Raya Idul Fitri atau
Lebaran oleh Umat Islam identik dengan berbagai tradisi unik nan menyenangkan. Tradisi
khas itu begitu kental dan menjadi hal wajib yang dijalankan secara
turun-temurun.
Dalam tradisi-tradisi tersebut bakal tampak suasana berbeda dari
hari biasanya. Salah satu tradisi yang paling ikonik adalah mudik. Ikon khas
lebaran lainnya yakni sajian hidangan ketupat dan opor ayam.
Sementara sebagaimana tradisi muslim, sebelum Idul Fitri
biasanya dimulai dengan melakukan takbiran. Kemudian dilanjutkan dengan shalat Id
pada besok harinya. Lalu, ada juga tradisi halal bihalal dan sungkeman hingga
ziarah ke makam.
Lebaran atau Idul Fitri dengan balutan tradisi yang ada menjadi
momen penting dan perayaan paling membahagiakan bagi umat muslim, khususnya di
Indonesia.
Bukan hanya soal tradisi, dalam perayaan Idul Fitri di
Indonesia juga tidak terlepas dari corak kehidupan beragama yang menjunjung
tinggi nilai toleransi. Tak ayal, berbagai momen toleransi bakal terjadi antara
pemeluk agama lain yang turut merasakan suasana kebahagiaan Idul Fitri.
Seperti halnya yang ditunjukan oleh Komunitas Pemuda Kristen
Sinar Pagi Kelurahan Lodar El, Kota Tual, Maluku pada perayaan Idul Fitri 1443
H/2022 M. Sekelompok pemuda di kawasan mayoritas penduduk Kristen itu mendekorasi
sebuah taman dengan ornamen-ornamen atau objek khas Idul Fitri.
Balutan ornamen bulan sabit dan bintang, seni kaligrafi
Arab, ketupat lebaran, mural bertema halal bihalal hingga lampu berwarna-warni menghiasi
setiap sudut ruang taman. Suasana akan terasa berbeda saat melintasi depan taman
Idul Fitri, yang berada tepat di tepi jalan Jacob Balubun, RT 003/RW 02
Kelurahan Lodar El itu.
Menilik keberadaan taman Idul Fitri tersebut, ada tersirat
dukungan dan junjungan nilai-nilai hidup toleransi yang hendak ditunjukan
Pemuda Kristen Sinar Pagi. Berikut setidaknya fakta dibalik berdirinya taman
Idul Fitri yang berhasil dikumpulkan Marrinnews.com.
Semula
Dijadikan Taman Paskah dan Natal
Sebidang lahan kosong yang dijadikan lokasi taman Idul Fitri
di kawasan Sinar Pagi merupakan bekas rumah warga. Lahan itu sudah lama
ditinggalkan oleh pemiliknya, dan selama ini dijadikan sebagai lokasi kegiatan
keagamaan, baik Kristen maupun Katolik. Termasuk, taman Paskah atau Natal.
“Awal mula pemanfaatan lahan ini mendapat izin dari
pemiliknya untuk melakukan hal-hal baik, tapi dilarang mendirikan bangunan fisik.
Oleh karenanya, lahan ini dalam beberapa kurun waktu terakhir kami jadikan
untuk lokasi taman paskah dan natal serta jenis kegiatan keagamaan lainnya,
khusus Kristen dan Katolik,” ungkap Sekretaris Komunitas Pemuda Sinar Pagi Eben
Laipiopa kepada Marrinnews.com, Rabu (4/5/2022).
Tampak Taman Idul Fitri saat malam hari |
Rubah Mindset
dan Bukti Toleransi
Adapun kemunculan taman Idul Fitri itu sendiri untuk merubah
pandangan masyarakat terhadap pola hidup pemuda Sinar Pagi. Oleh masyarakat
setempat, Pemuda Sinar Pagi dinilai sering berprilaku buruk.
“Melalui taman ini, kami ingin menepis anggapan buruk
masyarakat yang selama ini ditudingkan kepada para pemuda Sinar Pagi bahwa kami
tidak lagi seperti yang dipikirkan (tidak brutal dan hal buruk lainnya, red),” cetus
Laipiopa.
Lebih dari itu, taman ini sebagai bentuk penghargaan dan bukti
perwujudan budaya hidup antar umat beragama di Kepulauan Kei yang senantiasa menjunjung
tinggi nilai-nilai toleransi.
“Kami menyadari sungguh keterlibatan semua umat manusia dalam
kehidupan bahwa toleransi itu penting. Atas dasar inilah, kemudian kami sebagai
senioritas dalam komunitas pemuda Sinar pagi memberikan dukungan bagi adik-adik
pemuda untuk mendekorasi kembali taman yang ada dengan ornamen-ornamen Idul
Fitri,” imbuh Eben.
Ia menekankan, penghargaan terhadap umat Muslim pada
perayaan Idul Fitri tidak sebatas hanya dengan memberikan ucapan hari raya,
melainkan harus dapat diwujudnyatakan dalam bentuk tampilan fisik seperti taman
Idul Fitri.
Taman Idul Fitri di pemukiman mayoritas penduduk Kristen menjadi
hal baru, dan mungkin baru pernah dilakukan Komunitas Pemuda Sinar Pagi.
“Mungkin baru pernah terjadi di Kei, mungkin juga di
seantero NKRI. Tapi demikianlah bentuk hidup toleransi, apapun itu selama tidak
mengganggu suasana perayaan hari besar keagamaan lain, hal-hal ini perlu untuk
terus dikembangkan dan menjadi motivasi bagi basudara lain di negeri ini,” kata
Ketua Komunitas Pemuda Ongen Betaubun.
Sekadar
untuk Cetak Baliho Ucapan
Eben mengaku, tak pernah terlintas dalam benak mereka untuk
membuat taman Idul Fitri. Awalnya, menurut dia, lokasi tersebut hanya dijadikan
sebagai background foto bersama Komunitas Pemuda Sinar Pagi untuk kemudian mendesain
baliho ucapan hari raya Idul Fitri.
“Tetapi berselang beberapa hari kemudian, ada pemikiran dari
adik-adik pemuda untuk mendesain taman dengan ornamen-ornamen Idul Fitri
sekalipun dirasa belum begitu maksimal,” ujar Laipiopa.
Sementara Ongen Betaubun menambahkan, gagasan pembuatan
taman Idul Fitri muncul begitu saja dari kalangan pemuda setempat, dan tanpa
ada paksaan.
“Ini murni ide yang terbangun dari bawah (adik-adik Pemuda).
Mereka (generasi pemuda Sinar Pagi) merasa pentingnya hidup bertoleransi sehingga
kemudian lahirlah gagasan untuk membuat taman Idul Fitri,” cetus Ongen.
“Pemasangan ornamen dan mural adalah kreatifitas dari
adik-adik pemuda sendiri. Mereka sendiri yang mengerjakannya, kami hanya tau
taman sudah siap,” tambah Betaubun.
Bahkan, ia akui bahwa sebelumnya tidak pernah ada rapat
bersama untuk membahas pembuatan taman Idul Fitri tersebut. Yang dia tau,
hanyalah foto bersama.
“Saya tidak tau sama sekali. Kebetulan kan kita (umat
Kristen) baru saja merayakan Paskah jadi di dalam taman ini masih ada ornamen-ornamen
paskah. Tapi berselang 3 hari kemudian saat pulang dari tempat kerja, saya
lihat tamannya sudah terpasang ornamen-ornamen Idul Fitri,” tutur Betaubun.
Sebagai Ketua Komunitas, ia mengaku bersyukur. Sebab,
gagasan pembuatan taman ini lahir dari beberapa pemuda yang masih sulit untuk
dirangkul.
“Patut diapresiasi karena justru ide dan kreatifitas ini
muncul dari adik-adik pemuda. Kami (pimpinan komunitas) mau dan tidak mau harus
mendukung, daripada nantinya mereka kecewa dan berbuat hal-hal yang tidak
dikehendaki bersama,” kata Ongen.
Swadaya
Sendiri
Banyak material yang digunakan pemuda untuk membuat taman
Idul Fitri tersebut, mulai dari bambu, tanah, pasir hingga cat dan hal lainnya.
Biaya dekorasinya pun berasal dari hasil swadaya Komunitas Pemuda setempat,
dengan dibantu sebagian oleh warga Muslim.
“Kami tidak mau membebani siapapun. Semua yang ada adalah hasil
swadaya kami sendiri. Pemuda kami sendiri yang melukis hingga memasang pernak
pernik taman. Nanti sudah masuk tahap finishing barulah muncul sedikit
sumbangsih dari warga Muslim yang lalu lalang dengan kenderaan,” kata Eben.
Tak dipungkiri, lanjut kata Eben bahwa dalam setiap momen
kegiatan keagamaan umay Kristen dan Katolik, umat Muslim di wilayah sekitar
sering memberikan bantuan.
“Sehingga di hari Idul Fitri ini, kami berbuat sebaliknya
sebagai ungkapan terima kasih sekaligus untuk memupuk kebersamaan hidup antar
umat beragama,” ujar dia.
Dikunjungi
Warga Muslim
Taman Idul Fitri 2022 di kawasan pemukiman Sinar Pagi bak objek
wisata religi. Banyak warga Muslim berbondong-bondong mengunjungi tempat tersebut.
Tak luput, mereka juga berpose menggunakan HPandroid untuk mengabadikan momen sukacita
di taman itu.
Tak hanya warga Muslim sekitar. Salah satu keluarga Muslim di
pelosok wilayah Kabupaten Maluku Tenggara bahkan rela mengangkut seluruh keluarga
untuk berpose di taman Idul Fitri tersebut. Tampak juga saat malam takbiran, sebagian
umat yang melintasi kawasan taman menyempatkan diri untuk berfoto.
Tampak raut wajah sukacita menyelemuti setiap mata yang memandang dan berfoto langsung di taman Idul Fitri 2022 yang dibuat oleh Pemuda Kristen Sinar Pagi.
Bagi mereka yang berkunjung, taman ini adalah momen langka. “Terima kasih Pemuda Kristiani Kompleks Sinar Pagi, Kota Tual. Kalian luar biasa. Semua karena fangnanan (kasih sayang, red),” tulis Moh M Kabalmay pada unggahan foto di akun Facebooknya.